Bagaimana Mengajar Alkitab pada Anak?


Jenis Bahan PEPAK: Tips

Kita semua sebagai guru Sekolah Minggu tentunya sepakat bahwa Alkitab perlu dan harus diajarkan pada anak-anak. Namun demikian kita juga menyadari bahwa ini tidak mudah. Sebagai guru-guru SM kita harus tahu bagaimana "menerjemahkan" gaya bahasa Alkitab yang ditulis untuk orang dewasa itu menjadi bahasa yang mudah dimengerti dan dicerna oleh anak-anak.

Salah satu hal yang sering diperdebatkan oleh para guru Sekolah Minggu adalah: bagian Alkitab mana saja yang "cocok" untuk diajarkan pada anak-anak dan bagian mana yang belum cocok. Pertanyaan ini akan jauh lebih rumit bila kita mulai memilah anak-anak berdasarkan tingkatan usianya. Untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan ini, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh seorang guru Sekolah Minggu:

1. Ajaran itu harus sesuai dengan asas Firman Allah

Seringkali tanpa disadari, kepada anak-anak diajarkan pokok-pokok "kebenaran" yang harus diperbaiki di kemudian hari, seperti mengajarkan bahwa Alkitab adalah suatu buku yang penuh peraturan-peraturan moral saja, daftar dari hal-hal yang dilarang dan hal-hal yang harus dilakukan. Padahal bukan itu inti berita yang terdapat dalam Alkitab.

Tidak jarang pula, sekali lagi tanpa disadari, guru berusaha mencabut peristiwa-peristiwa dalam Alkitab keluar dari konteksnya, dan mempergunakannya sebagai contoh untuk menyampaikan ajaran moral tertentu.

Kesulitan lain yang ditemui adalah dalam hal pengajaran doktrin. Belum saatnya anak-anak mempelajari seluruh doktrin yang ada dalam Alkitab. Tapi, mereka tetap perlu mengerti (walaupun mungkin pengertian mereka belum sempurna) tentang doktrin yang dasar, yang ada hubungannya dengan apa yang dialaminya sendiri. Misalnya: doktrin Allah dan Kristus, bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta. dan juga bahwa Kristus adalah berkuasa untuk menyelamatkan dan memelihara/melindungi mereka.

2. Ajaran tersebut harus menyangkut apa yang diperlukan anak-anak dan apa yang sedang dialami anak-anak.

Sasaran utama dalam mengajarkan Alkitab adalah untuk membimbing anak-anak agar mempunyai hubungan pribadi dengan Allah SEKARANG juga, dan bukan hanya untuk mengajarkan hal-hal yang "kelak di kemudian hari" akan berguna bagi anak-anak tersebut. Misalnya: melarang anak balita untuk minum minuman keras/merokok. Walaupun nantinya mungkin mereka akan memerlukan ajaran itu, namun akan lebih berguna bila guru memusatkan perhatian pada apa yang menjadi kebutuhan anak pada masanya tersebut.

Konsekuensi dari pernyataan di atas memang tidak mudah, guru tidak lagi cukup sekedar menyajikan materi pengajaran yang sudah tersusun rapi (apalagi oleh orang lain), guru justru harus berperan aktif dalam menentukan arah dan materi pengajaran supaya sesuai dengan konteks kehidupan anak-anak didiknya.

3. Ajaran itu harus membuat agar penyataan Allah relevan untuk anak- anak dan sesuai dengan tahap pengertiannya

Seringkali dalam mengajar anak-anak, kita hanya memberikan jawaban yang sederhana dan penyelesaian yang dangkal. Seperti: "Percayalah pada Tuhan, dan taatilah Dia!", "Mintalah pertolongan pada Tuhan". Sayangnya, kebenaran yang disampaikan hanya sebagai nasihat saja tapi belum menjadikan Firman Tuhan relevan bagi kehidupan si anak. Ajaran Alkitab harus mengantar mereka untuk bertemu dengan Allah secara pribadi, dan bukan hanya untuk mengenalkan peraturan/perintah Allah saja.

Walaupun pengertian seorang anak tentang Tuhan dan peristiwa hidupnya mungkin tidak sedalam pemahaman orang dewasa, namun itu sudah cukup berarti dan berkesan bagi diri mereka sendiri. Jadi, ajaran kita harus dapat menolong anak untuk mengenal kebenaran yang relevan untuk kehidupan mereka, sehingga mereka dapat memberi respons sesuai dengan kesanggupan dan tahap pengertian mereka sendiri.

Kategori Bahan PEPAK: Pengajaran - Doktrin

Sumber
Judul Buku: 
Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif
Pengarang: 
Lawrence O. Richards
Halaman: 
247 - 257
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup
Kota: 
Bandung

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar