Seorang pemburu yang belum berpengalaman cenderung menembak apa saja yang bergerak. Cara semacam ini jelas membahayakan. Petunjuk pertama bagi pemburu-pemburu seperti itu ialah, "Kenalilah mangsa Anda dan jangan sekali-kali menembak ataupun membidik jikalau Anda tak yakin apakah sesuatu yang Anda lihat itu benar-benar yang hendak Anda tembak". Mengabaikan aturan yang penting ini bisa-bisa hanya akan memboroskan amunisi saja, tetapi dapat pula mengakibatkan kematian anjing pemburu yang pandai, atau lebih parah lagi, kematian seorang pemburu lain. Hasrat besar tanpa pengertian takkan membawa kebaikan.
Orang Kristen yang berhasrat mengamalkan kasih kristiani, harus mengetahui apa tujuan yang hendak dicapainya dengan pengalaman kasih. Hal ini sangat penting dewasa ini, karena begitu banyak orang yang tidak mengerti sifat kasih kristiani. Pertanyaannya bukanlah "Anda mendukung atau menolak kasih?" melainkan, "Bagaimanakah seharusnya kita memahami dan menyatakan rasa kasih?" Kita harus dapat membedakan antara konsep kristiani tentang kasih dengan konsep kebanyakan orang tentang kasih. Acapkali pendapat-pendapat ini berlainan sama sekali dan orang-orang Kristen harus mengetahui perbedaannya. Bila tidak, mungkin kita akan menaruh cinta itu di urutan paling atas pada skala prioritas kita, lalu mendapati diri kita sedang mengejar sesuatu yang sebetulnya bukan kasih kristiani sama sekali.
Misalnya, banyak di antara kita beranggapan bahwa kasih terutama adalah suatu perasaan. Kita pikir, kita mengasihi seseorang bila kita punya perasaan positif terhadapnya. Jika tanggapan emosional tak ada, mungkin kita menyimpulkan bahwa kasih juga tidak ada. Apakah pendapat serupa itu sama dengan kasih dalam ajaran Kristen? Tidak. Pendapat semacam itu bukanlah pendapat yang diajarkan dalam Alkitab. Sebagian besar ajaran Alkitab berbicara mengenai cinta dari segi yang berbeda. Banyak orang yang menyamakan cinta dengan perasaan. Namun, tidak berarti orang-orang Kristen harus menerima pandangan itu. Seringkali pikiran yang umum mengenai cinta tidak serupa dengan segi pandangan Kristen. Dewasa ini, orang Kristen dihadapkan pada tantangan untuk mengetahui apa sebenarnya kasih kristiani itu dan cinta yang bagaimana yang bukan cinta kristiani.
Di tengah-tengah kesimpang-siuran ini, Tuhan sudah memberikan firman-Nya yang dapat kita pakai sebagai pedoman. Dengan mempelajari ajaran Alkitab tentang kasih, kita dapat melihat perbedaannya dengan berbagai konsepsi yang populer di kalangan umat manusia.
KASIH KRISTIANI ADALAH KASIH YANG MELAYANI Sementara itu, sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu
bahwa saat-Nya telah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.
Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah
sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Mereka
sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati
Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus tahu bahwa
Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia
datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan
menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan
mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke
dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu
menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu (
Yohanes membuka bagian Alkitab ini dengan mengatakan bahwa Yesus "mengasihi murid-murid-Nya sampai pada kesudahannya. Kemudian sebagai contoh dari kasih Yesus, Yohanes menggambarkan suatu kejadian yang paling luar biasa. Pada masa hidup Yesus, mencuci kaki adalah tugas pelayan atau hamba yang termuda. Di sini Yesus, Guru mereka, bertindak sebagai pelayan yang hina serta melakukan perbuatan pelayanan yang kasar. Pada hakikatnya, dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus menjelaskan cinta kasih dari segi pelayanan.
Kita harus mengingat bahwa perbuatan Yesus tadi bukanlah semata-mata suatu upacara. Kaki-kaki yang dibasuh Yesus adalah kaki yang beralaskan sandal dari orang-orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan-jalan yang penuh sesak dan berdebu. Mungkin sekali kaki mereka amat kotor. Dan Yesus mengambil sehelai kain lenan serta sebasi air, kemudian membasuh kaki mereka.
Setelah selesai memberikan pelayanan ini, Yesus mengatakan kepada
mereka, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan
Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah
memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama
seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (
Yesus melayani murid-murid-Nya dengan membasuh kaki mereka, dan dengan berbuat demikian, Ia mencintai mereka. Kasih kristiani adalah kasih yang melayani. Kasih ini meliputi bermacam-macam perbuatan, mulai dari perbuatan kita sehari-hari hingga perbuatan kepahlawanan. Tetapi maksudnya ialah bila kita melayani sesama kita, sebenarnya kita mengasihi mereka; kita mengamalkan kasih kristiani.
Beberapa tahun yang lalu punggung isteri saya tergeliat. Dokter menyarankan satu-satunya pengobatan yang bisa dilakukan adalah: berbaring di lantai selama tiga minggu tanpa mengerjakan apa-apa. Pengobatan ini sederhana, tetapi anak-anak kami masih amat membutuhkan pengawasan ibu mereka. Sedangkan saya sendiri tak bisa meninggalkan pekerjaan untuk tiga minggu lamanya menggantikan tugas ibu mereka.
Semula isteri saya hanya menganggap cara pengobatan seperti itu lebih buruk dari penyakitnya. Kami menelepon beberapa orang dari jemaat kami dan meminta bantuan mereka. Kami sendiri juga bagian dari anggota jemaat tersebut. Dengan sukarela mereka datang ke rumah kami untuk membantu membereskan segala kebutuhan kami, seperti memasak, membersihkan rumah, merawat anak-anak kami, dan lain sebagainya. Selama tiga minggu penuh kami dilayani oleh sekelompok kecil orang Kristen. Walaupun kami tak begitu akrab dengan beberapa dari mereka, ada satu hal yang saya ketahui, yakni dalam melayani keluarga kami, mereka mengamalkan kasih kristiani.
Kasih yang melayani dapat diungkapkan dengan perbuatan-perbuatan yang luar biasa, ataupun perbuatan-perbuatan kepahlawanan, namun sering kali kasih itu hanya dinyatakan dengan perbuatan sehari-hari yang biasa-biasa saja. Seperti mendengarkan masalah rekan sekerja dengan penuh perhatian, membantu tetangga memperbaiki mobilnya, menyiapkan makanan suami (tujuh hari seminggu selama dua puluh tahun). Semua ini adalah pernyataan kasih yang diberikan Yesus dengan contoh ketika Ia membasuh kaki rasul-rasul-Nya. Kasih semacam ini dijalankan dari hari ke hari tanpa gembar-gembor.
Aspek lain dari kasih yang melayani adalah fakta yang sederhana, yakni kasih itu adalah sesuatu yang kita kerjakan. Karena sering kali aspek itu amat jelas, sehingga sukar bagi kita untuk mengenalinya. Kasih yang melayani dinyatakan dengan perbuatan- perbuatan, baik yang kecil maupun perbuatan besar. Dalam arti ini, kasih yang melayani tidak hanya sekadar "bersikap manis" ataupun mempunyai watak yang positif, atau berniat baik.
Bayangkan, Anda berniat pindah rumah dan telah meminta beberapa teman untuk membantu Anda. Dengan baik hati mereka sekalian setuju membantu Anda. Tetapi ketika tiba saatnya Anda pindah, hanya seorang saja yang muncul. Sewaktu Anda menelepon teman-teman lain, mereka semua memberikan berbagai alasan. Ada yang lupa; ada yang tak bisa meninggalkan kesibukannya. Namun, mereka semua bersikeras hendak membantu, seakan-akan mengatakan, "yang patut dihargai ialah niatnya." Tentu saja dalam situasi seperti ini, niat saja tidak berguna. Saudara sedang mengharapkan bantuan, bukannya niat-niat baik.
Bila kita mengerti bahwa kasih berarti melayani sesama manusia, kita mengerti bahwa kasih kristiani haruslah diamalkan jikalau kasih itu hendak berhasil.
Links:
[1] https://pepak.sabda.org/jenis_bahan_pepak/artikel
[2] https://pepak.sabda.org/kategori_bahan_pepak/pelayanan_anak_umum
[3] https://pepak.sabda.org/epublish/1
[4] https://pepak.sabda.org/epublish/1/271
[5] https://pepak.sabda.org/editorial_267
[6] https://pepak.sabda.org/16/mar/2006/anak_mendidik_cinta_kasih
[7] https://pepak.sabda.org/status_sumber/buku
[8] https://pepak.sabda.org/edisi_pepak/e_binaanak_271_arti_penting_mengasihi