Pertumbuhan Rohani Anak dalam Beribadah


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Keterangan kamus tentang kata "penyembahan" dan "bakti" meliputi ungkapan-ungkapan sebagai:
(1) Penghormatan kepada Allah;
(2) pemujaan;
(3) rasa kagum;
(4) perbuatan yang menyatakan setia;
(5) pernyataan hormat dan khidmat;
(6) melaksanakan upacara agama.

Ungkapan-ungkapan ini mungkin menerangkan penyembahan, akan tetapi tidak memberitahukan apa sebenarnya penyembahan atau berbakti itu; bagaimana, bilamana, dan di mana itu terjadi; dan bagaimana membimbing anak-anak dalam pengalaman-pengalaman berbakti.

Bagaimanakah kita dapat membantu anak-anak merasakan kasih, penghargaan, dan penghormatan bagi Allah? Bagaimanakah mereka dapat dibimbing untuk menyatakan perasaan-perasaan ini? Apakah yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka merasa senang dengan pengalaman- pengalaman ibadah mereka?

Perasaan, sikap, dan teladan orangtua, para guru, dan orang dewasa lainnya akan mempengaruhi cara beribadah anak-anak. Orangtua yang tidak berbakti bersama anak-anak mereka, pada hakikatnya berkata kepada mereka bahwa hal berbakti itu bukanlah sesuatu yang sangat penting.

Para guru yang sibuk, tergesa-gesa, tidak siap, dan yang tidak memberikan kesempatan untuk berbakti selama jam Sekolah Minggu, menyatakan kepada anak-anak bahwa hal berbakti bukanlah suatu bagian yang benar-benar penting dalam hubungan mereka dengan Allah.

Anak-anak akan belajar lebih banyak dari sikap, perasaan, dan perbuatan orang-orang dewasa daripada yang akan mereka pelajari dari ratusan dan ribuan kata mengenai hal berbakti!

BAGAIMANA HAL BERIBADAH ITU TERJADI?

Anak-anak berbakti menurut teladan orang dewasa. Anak-anak yang sering bersama-sama dengan orang-orang dewasa yang dengan leluasa dan mudah menyatakan perasaan mereka kepada dan tentang Allah, akan mulai menyatakan perasaan kasih dan penghormatan mereka sendiri. Contoh orang dewasa, kesempatan untuk ikut serta, ataupun suasana kasih, penerimaan, dan pengertian akan menolong melibatkan anak-anak dalam pengalaman berbakti yang penuh arti.

Seringkali anak-anak berbakti kepada Allah tanpa menamakan kegiatan mereka itu sebagai hal berbakti. Mereka mungkin berbakti sementara melakukan aktivitas yang tidak dianggap sebagai berbakti oleh orang- orang dewasa.

Sementara itu, seorang anak berumur 6 tahun membuat gambar dari gerejanya. Sementara menggambar ia berkata, "Saya cinta gereja saya. Saya selalu datang. Terima kasih, Allah, untuk gereja saya. Saya sungguh cinta Engkau." Pernyataan ini merupakan contoh yang baik dari seorang anak yang menyatakan perasaan kasih, penghormatan, dan penghargaan. Ini terjadi selama waktu pekerjaan tangan. Seringkali kita tidak memikirkan kegiatan itu sebagai waktu untuk berbakti. Tetapi karena para guru menciptakan suasana penyembahan dan lingkungan dimana para pelajar itu bebas untuk menyatakan perasaan mereka, pelukis muda ini dapat berbakti sementara dia bekerja.

BILAMANAKAH HAL BERIBADAH TERJADI?

Hal beribadah itu terjadi pada waktu anak-anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan mereka kepada Allah dan tentang Allah. Mungkin itu pernyataan lisan; mungkin ekspresi muka tanpa komentar; mungkin pernyataan kagum pada waktu seorang anak mengelus-elus binatang berbulu, mengamati sarang burung, mencium setangkai bunga mawar, mendengar deru ombak dalam sebuah kerang, atau memakan jeruk yang manis.

Acara pembukaan Sekolah Minggu yang diatur dengan baik masih tidak menjamin pengalaman berbakti yang berarti. Anak-anak yang duduk bersama-sama, menyanyi, mendengarkan, atau berdoa bersama-sama tidak selalu berbakti. Mungkin mereka sedang memikirkan banyak hal yang tidak berhubungan dengan hal berbakti atau mungkin mereka mengikuti suatu pola yang tidak berarti yang telah ditetapkan.

Apabila direncanakan dengan cermat, maka waktu berbakti secara berkelompok dapat diadakan dalam kelas-kelas anak-anak, jika para guru dan pemimpin menyadari kebutuhan dan minat para pelajar mereka dan apabila mereka menghubungkan waktu berbakti itu kepada kebenaran-kebenaran yang dipelajari selama pelajaran Alkitab.

Hal berbakti akan terjadi apabila para guru dan para pelajar bekerjasama dalam suasana kasih, pengertian, dan penghormatan bagi Allah dan bagi satu sama lain.

DI MANAKAH HAL BERIBADAH TERJADI?

Bila seorang diri? Dalam suatu kelompok? Di gereja? Dalam kelompok besar? Dalam kelompok kecil? Di dalam? Di luar? Di manakah hal berbakti itu terjadi?

Jika kita memakai istilah "menunjukkan kasih, penghargaan, dan penghormatan kepada Allah" sebagai definisi dari hal berbakti, dengan mudah kita dapat menyadari bahwa seorang anak boleh saja berbakti di setiap dan di segala macam tempat.

Perasaan kasih, penghargaan, dan penghormatan boleh dinyatakan di rumah, di gereja, di dalam, di luar, dan bila berada dengan kelompok besar atau kecil.

Seorang anak mengamati halusnya sarang laba-laba di dalam taman dan mengatakan, "Wah, hebat sekali! Lihatlah bagaimana Allah mengajar laba-laba itu untuk membuat sarang itu sebagai rumahnya!" Dia sedang menyatakan perasaan berbakti. Allah ada bersama kita di mana saja dan Dia merindukan kasih dan penyembahan kita, di mana pun dan di dalam keadaan apa pun.

Tanggung jawab kita sebagai guru dan orangtua adalah membantu anak itu untuk mengembangkan perasaan kasih, penghargaan, dan penghormatan ini dan kemudian merasa bebas menyatakan perasaan- perasaan itu.

BAGAIMANAKAH KITA DAPAT MEMBIMBING MEREKA DALAM BERIBADAH?

Marilah memperhatikan 8 hal yang praktis yang akan menolong kita dalam menghadapi tanggung jawab yang memungkinkan anak-anak untuk berbakti. Pada waktu Saudara lebih biasa dengan ide-ide yang pokok ini, Saudara akan dapat menerapkan secara efektif di dalam kelas Saudara.

  1. Jadilah teladan.
    Apabila Saudara sebagai seorang guru, orangtua, atau teman dewasa merasa senang mengungkapkan perasaan Saudara terhadap Allah, anak-anak akan merasa senang mengungkapkan perasaan mereka. Berdoalah dengan spontan, pendek, dan kerapkali berdoa pada saat- saat dan di tempat-tempat yang berlainan. Anak itu akan belajar bahwa doa adalah percakapan kepada Allah sebagaimana dia berbicara kepada orangtuanya atau kepada seorang teman. Mungkin doa itu merupakan ucapan "terima kasih", atau pernyataan sukacita atau kebahagiaan, atau permintaan mengenai suatu kepentingan ataupun kebutuhan yang mendesak.

    Tolonglah murid-murid untuk mengetahui bahwa Saudara berdoa bagi mereka masing-masing. Mintalah mereka berdoa untuk Saudara. Berdoa pada waktu-waktu yang berbeda, tidak hanya untuk memulai atau mengakhiri jam pelajaran.

    Berbicaralah tentang perasaan Saudara mengenai Allah. Pernyataan seperti, "Allah memberi kita pagi yang indah", "Saya cinta Allah", "Allah menolong saya setiap hari pada waktu saya harus melakukan perkara-perkara yang sulit". "Marilah berterima kasih kepada Allah karena Ia mengasihi kita" -- hal ini menolong seorang anak mengetahui bahwa Saudara, seorang dewasa dalam dunia ciptaan Allah, merasa dekat kepada Allah.

  2. Berikanlah anak itu kesempatan untuk berbicara.
    Kadang-kadang jam pengajaran kita begitu terisi dengan cerita guru sampai anak-anak tidak sempat bertanya, berdoa, memuji, dan menyatakan perasaan kasih mereka. Luangkanlah waktu untuk murid- murid berbicara.

  3. Dengarkanlah! Dengarkan sungguh-sungguh!
    Tunjukkanlah minat dan perhatikan pembicaraan mereka. Banyak anak hidup dalam dunia dimana tidak seorang pun benar-benar mendengarkan mereka. Seringkali tanpa berpikir, kita memotong pembicaraan anak untuk mengatakan apa yang kita anggap penting. Kita sibuk mempersiapkan bahan-bahan atau membuat persiapan untuk jam pelajaran, pada waktu anak-anak yang pertama datang dan mulai berbicara kepada kita. Kita tak pernah mempunyai waktu untuk berkunjung dan bercakap-cakap dengan seorang anak selama minggu itu. Seorang dewasa yang mendengar akan menyebabkan seorang anak merasa dikasihi dan diterima.

  4. Biarkanlah murid itu menjadi pelaku.
    Anak-anak memberi tanggapan dan menyatakan perasaan mereka pada waktu mereka ikut serta di dalam melaksanakan sesuatu. Mereka perlu mengambil bagian dalam kegiatan, bukan menjadi seorang pendengar yang pasif saja. Ikut sertakan anak itu dari saat dia masuk pada Minggu pagi sampai dia meninggalkan tempat itu. Apabila keterlibatan yang penuh arti itu terjadi, maka anak-anak akan berbakti berulang-ulang selama jam itu. Perhatikan dan pergunakanlah kesempatan-kesempatan untuk mendorong mereka berbakti selama waktu ini.

  5. Beri kesempatan pada kelompok kecil untuk berdoa, memuji, dan berbakti.
    Doronglah anak-anak untuk berdoa dan menyatakan kasih dan pujian mereka selama acara pembukaan, waktu pelajaran Alkitab, dan waktu kegiatan (pekerjaan tangan).

    Seringkali waktu sebelum dan sesudah cerita Alkitab adalah waktu beribadah yang paling penting bagi anak itu karena dia sedang terlibat dalam sesuatu kegiatan. Dia adalah seorang pelaku dan karena itu dia menyatakan perasaannya dengan mudah; dia ikut serta dalam penyelidikan dan mengajukan pertanyaan; dan kelompok itu kecil.

  6. Menghubungkan hal berbakti kepada kebenaran Alkitab.
    Kita telah menyebut pentingnya menghubungkan saat perhimpunan seluruh sekolah Minggu dengan kebenaran Alkitab, tetapi marilah memikirkan tentang pentingnya menghubungkan kebenaran Alkitab dengan segala sesuatu yang terjadi selama pagi itu. Semua kegiatan, nyanyian, percakapan, permainan, bahan, dan ayat Alkitab hendaknya direncanakan sedemikian rupa hingga memperkuat kebenaran Alkitab dan menolong murid menerapkan kebenaran itu di dalam kehidupannya sendiri.

  7. Pergunakanlah pengalaman musik dengan sebaik-baiknya.
    Jadikan musik suatu bagian penting dari acara Sekolah Minggu. Mungkin Saudara ingin memperdengarkan musik sementara murid-murid datang. Dalam hal ini pula, musik yang berhubungan dengan kebenaran Alkitab akan menjadi paling efektif. Menanggapi musik itu dengan menyanyi, bersenandung, atau dengan menulis atau menyanyikan kata-kata atau lagu baru akan menjadi sebagian dari pengalaman berbakti bagi anak-anak.

  8. Luangkan waktu untuk bergaul dengan murid-murid Saudara selain di Sekolah Minggu.
    Jika kita hendak memenuhi kebutuhan murid-murid kita, maka sangat penting bagi kita untuk menjalin hubungan dengan mereka. Kita akan perlu menyadari kebutuhan dan perkembangan rohani mereka. Kita akan ingin mengetahui tentang minat dan kecakapan mereka. Kita perlu berkenalan dengan keluarga mereka. Kita perlu juga membantu mereka untuk merasa senang bergaul dengan kita dan dengan anak-anak lain di dalam kelas itu.

    Luangkanlah waktu beberapa menit setiap minggu untuk lebih mengenal salah seorang murid. Singgah sebentar di rumahnya untuk menyaksikan mereka bermain bola atau bermain lompat tali. Ajaklah satu atau dua orang murid untuk duduk bersama dengan Saudara pada kebaktian umum.

    Mulailah memikirkan banyak cara yang dapat Saudara pakai untuk mengatakan, "Saya mencintai kalian", "Saya ingin berteman dengan kalian", "Kalian dapat merasa senang menjadi murid kelas ini", "Allah mengasihi kalian".

Sebagai guru, orangtua, dan teman dewasa, mulailah untuk ikut serta dalam kehidupan anak-anak dan menjadi suatu bagian yang penting dari perasaan dan hubungan mereka. Pengalaman-pengalaman ini akan menolong membangunkan perasaan dan kesempatan untuk berbakti kepada Allah.

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Sumber
Judul Artikel: 
Bila Anak-anak Berbakti
Judul Buku: 
Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 1
Halaman: 
202 - 204
Penerbit: 
Yayasan Penerbit Gandum Mas
Kota: 
Malang
Tahun: 
1997

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar