Menjadi Guru Sekolah Minggu


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Apakah anda menyadari bahwa semua orang di seluruh muka bumi ini, pada setiap zaman, dari lahir sampai matinya, terlibat dalam proses belajar mengajar? Proses belajar mengajar adalah proses seumur hidup, berawal dari kehidupan seorang bayi mungil yang belajar melalui orangtua dan lingkungannya, sampai menjadi seorang dewasa yang terus menerus menjalani proses pembentukan, baik melalui pendidikan formal (sekolah atau institusi pendidikan lainnya) maupun non formal (keluarga, masyarakat, lingkungan, dsb.).

Proses belajar mengajar ini juga dialami oleh Tuhan Yesus, meskipun Dia adalah Sang Guru Agung.

1. Tuhan Yesus: Guru Agung

Yesus lahir dalam sebuah keluarga Yahudi yang saleh, dimana dalam setiap keluarga Yahudi seorang anak diajar oleh orangtuanya mengenal Firman Tuhan (Ul 6:7-9).

Dalam masyarakat Yahudi, dimana ada 10 keluarga Yahudi, maka harus didirikan sebuah sinagoge, rumah untuk mengajar dan berbakti. Jika ada 25 orang anak, maka di situ harus ada 1 sekolah. Sebagai seorang anak laki-laki Yahudi, Yesus juga bersekolah di sinagoge di Nazaret. Bersama dengan anak-anak lain Dia belajar Kitab Suci. Pada usia 12 tahun Yesus sudah mampu bersoal-jawab dengan para Ahli Taurat di Bait Allah.

Pada usia 30 tahun, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan mengajarkan Firman Tuhan dari satu tempat ke tempat lainnya. Tuhan Yesus lebih dikenal sebagai GURU daripada pengkotbah. Murid-murid-Nya dan orang- orang yang mendengar pengajaran-Nya memanggil-Nya GURU. Secara pribadi, Yesus pun mengakui diriNya sebagai GURU dan TUHAN (Yohanes 13:13).

Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya di dunia dengan memilih para murid untuk diajar, dan mengakhiri pelayanan-Nya dengan sebuah Amanat Agung: "Pergilah ... jadikanlah semua bangsa MURIDKU ... dan AJARlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:20).

Dengan kata lain, Yesus yang adalah Guru Agung meminta kita, murid-murid-Nya untuk juga menjadi guru, meneruskan Firman Tuhan yang sudah kita terima dari-Nya dan membagikannya pada orang lain (termasuk pada anak-anak).

2. Kenalilah keduanya: "Alkitab dan Anak"!

Meski adalah kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya, kita sebagai Guru Sekolah Minggu memiliki panggilan yang khusus dan serius untuk membawa anak-anak mengenal Kebenaran.

Tugas Guru Sekolah Minggu bukan sekedar melontarkan / memberikan Firman Tuhan kepada anak-anak, melainkan kita sendirilah yang harus "membawa" Firman Tuhan itu kepada mereka. Tidaklah cukup hanya memberi pelajaran, sebagai Guru Sekolah Minggu kita harus mau memberi DIRI kita sendiri.

Syarat yang paling penting untuk menjadi seorang Guru Sekolah Minggu BUKANLAH dengan memiliki pengetahuan yang luas, mempunyai ketrampilan mengajar yang menakjubkan, atau mempunyai kharisma memenangkan perhatian anak, MELAINKAN mengasihi Tuhan dengan segenap hati, DAN mengasihi anak-anak seperti diri kita sendiri (Ulangan 6:5). Mengasihi Tuhan berarti juga mengenal Firman-Nya, dan Firman inilah yang harus kita nyatakan pada anak-anak dari dalam hati kita, bukan hanya dari otak kita.

Mengasihi anak berarti kita terpanggil untuk menyampaikan Firman Tuhan pada anak-anak, meski dengan konsekuensi yang tidak gampang. Sebagai Guru Sekolah Minggu kita harus banyak memperlengkapi diri dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat menyelami dan memahami alam pikiran dan jiwa anak-anak.

Keyakinan bahwa Berita yang ingin kita sampaikan adalah Berita yang Sangat Penting, tentunya kita sebagai Guru Sekolah Minggu akan menyambut setiap langkah persiapan, latihan/training, seminar, dsb. sebagai kesempatan untuk memperlengkapi diri dalam panggilan kita sebagai Guru Sekolah Minggu.

3. Memutuskan untuk Menjadi Guru Sekolah Minggu

Sebenarnya ada banyak "daftar" bagaimana menjadi Guru Sekolah Minggu yang ideal. Dr. Mary Go Setiawani, dalam bukunya yang berjudul Pembaruan Mengajar menyebutkan sedikitnya ada 8 syarat untuk menjadi Guru Sekolah Minggu, yaitu:

  1. Seorang yang telah lahir baru / diselamatkan.
  2. Seorang Kristen yang bertumbuh.
  3. Seorang Kristen yang setia terhadap gereja.
  4. Seorang yang memahami bahwa pelayanan pendidikan adalah panggilan Allah.
  5. Seorang yang suka pada objek yang dididiknya.
  6. Seorang yang baik dalam kesaksian hidupnya.
  7. Seorang yang telah menerima latihan dasar sebagai guru.
  8. Seorang yang melayani dengan bersandar pada kuasa Roh Kudus.
Sementara dalam buku Penuntun Sekolah Minggu disebutkan ada 5 sifat yang diperlukan oleh seorang Guru Sekolah Minggu, yaitu:
  1. Keyakinan dan Ketegasan
  2. Kesabaran
  3. Fantasi
  4. Cinta Kasih
  5. Mengenal dan mengajarkan Alkitab
Dan daftar di atas bisa saja bertambah panjang bila kita mau mengutip berbagai buku yang ditulis untuk para Guru Sekolah Minggu. Meski semua hal di atas penting untuk dimiliki seorang guru, janganlah hal tersebut justru akan "mengecilkan hati" atau malah "mematahkan semangat" para calon Guru Sekolah Minggu. Namun yang dibutuhkan sebenarnya adalah kerinduan seseorang untuk membagikan Kasih Yesus yang dimilikinya pada anak-anak. Sama seperti Petrus berkata kepada orang timpang di pintu gerbang: "Apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu." (Kisah Rasul 3:6), demikian pula seharusnya seorang calon Guru Sekolah Minggu memulai pelayanannya.

Dengan memberikan apa yang ada pada diri kita, apa yang kita miliki SEKARANG, itu sudah cukup untuk mengawali langkah menjadi seorang Guru Sekolah Minggu. Dengan berlalunya waktu, kita akan melihat bagaimana Tuhan Yesus, Sang Guru Agung akan memperlengkapi pelayanan kita dengan berbagai hal yang kita perlukan.

Memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan memang baik, asal semuanya itu disertai kerendahan hati. Yang sungguh-sungguh dituntut dari seorang pengajar/guru Kristen adalah kekudusan dalam hidupnya sebagai orang Kristen.

Jika kita benar-benar berhasrat untuk membawa anak kepada Kristus, baiklah kita mulai dengan memberikan apa yang kita miliki saat ini. Tuhan memberkati dan menyertai Saudara!

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Sekolah Minggu

Sumber
Judul Buku: 
Penuntun Sekolah Minggu
Pengarang: 
J. Reginald Hill
Halaman: 
10 - 17
Penerbit: 
Yayasan Komunikasi Bina Kasih

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar