Teguran pada Hati Nurani


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Saat Saudara memutuskan untuk menegur anak Saudara, teguran dan tindakan pendisiplinan tersebut harus membekas di dalam hati nurani mereka. Allah telah memberikan daya nalar kepada anak-anak untuk membedakan hal yang benar dan salah. Paulus mengingatkan kita bahwa orang-orang yang tidak memiliki Taurat Allah pun menunjukkan bahwa tuntutan-tuntutan hukum tersebut tertulis pada loh hati mereka ketika mereka mentaati hukum tersebut (Roma 2:12-16). Mereka tidak berdalih atau menuduh diri mereka sendiri melalui pikiran mereka karena hati nurani mereka.

Hati nurani pemberian Allah ini adalah sekutu Saudara dalam menegur dan mendisiplin anak. Teguran-teguran Saudara yang paling membekas atau mengena di hati anak ialah teguran-teguran yang menyerang hati nurani anak tersebut. Ketika hati nurani yang diserang itu dibangkitkan, maka teguran dan pendisiplinan dapat mengenai sasaran mereka.

Dua buah ilustrasi Alkitabiah menjelaskan soal ini. Amsal 23 membenarkan penggunaan rotan untuk menegur (memperbaiki kesalahan). Ayat 13 dan 14 berbunyi:

"Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati."
Namun, dalam perikop ini pendisiplinan dengan rotan bukan satu- satunya cara untuk mendidik. Ada cara yang lain, yaitu teguran kepada hati nurani. Permintaan yang serius yang tulus memenuhi pasal dari Kitab Amsal ini:
"Jangan hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa " (ayat 17) "... tujukanlah hatimu ke jalan yang benar ..." (ayat 19) "Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau" (ayat 22) "Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian." (ayat 23) "Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku ..." (ayat 26)
Ayat tersebut sebenarnya mengalirkan permintaan yang serius, tulus dan halus, yang menegur hati nurani. Apakah Salomo lemah dalam melakukan pendisiplinan dengan rotan? Tidak! Tetapi dia menyadari adanya keterbatasan dari pendisiplinan dengan rotan. Dia mengetahui bahwa pendisiplinan dengan rotan meminta perhatian, tetapi hati nurani juga harus dibajak dan ditanami dengan kebenaran tentang jalan-jalan Allah.

Percakapan Yesus dengan orang-orang Farisi memberikan contoh lain yang jelas mengenai teguran pada hati nurani. Dalam Matius 21:23, imam-imam kepala dan tua-tua bangsa menantang otoritas Kristus. Dia menjawab dengan memberikan perumpamaan tentang dua orang anak:

"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian dia menyesal, lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya? Jawab mereka: Yang terakhir. Kata Yesus kepada mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kamu kemudian tidak menyesal dan kamu juga tidak percaya kepadanya." (Matius 21:28-32)
Di akhir perumpamaan itu, Dia menanyakan kepada mereka satu pertanyaan yang arahnya untuk mengetahui penalaran mereka tentang yang benar dan yang salah. Mereka menjawab dengan tepat.

Dia memberikan perumpamaan lain kepada mereka perumpamaan mengenai penggarap dan pemilik kebun anggur yang terdapat dalam Matius 21:33-46.

Perhatikan bagaimana Yesus menegur mereka mengenai apa yang benar dan yang salah. Dia sedang menegur hati nurani mereka. "Apabila pemilik kebun anggur itu datang, apa yang akan dia lakukan?"

Dia meminta mereka membuat penilaian. Mereka menilai secara benar. Kemudian dia membuktikan kepada mereka, bahwa mereka menunjukkan diri mereka sendiri. Ayat 45 membuktikan bahwa mereka menangkap maksud-Nya...." Matius mengatakan, "Mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya ...."

Ini adalah contoh. Kristus menegur hati nurani mereka, sehingga mereka tidak dapat lari dari berbagai implikasi dosa mereka. Jadi, dia menyelesaikan sampai pada sumber permasalahan, bukan hanya soal- soal yang dipermukaan saja.

Pertanyaan mereka dalam Matius 21:23, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?", kedengaran seperti pertanyaan yang ingin mengetahui sumber dari kuasa-Nya. Tetapi, sebenarnya ia menantang kekuasaan- Nya. Jawaban-Nya menegaskan garis perlawanan. Dia menegaskan bahwa kekuasaan-Nya berasal dari Allah. Kendati pun mereka tidak mau bertobat, tantangan kepada hati nurani mereka mengenai sasarannya. Mereka mengerti bahwa dia sedang membicarakan mereka. Mereka telah menunjuk pada diri mereka sendiri.

Inilah tugas Saudara dalam menggembalakan anak-anak Saudara. Saudara harus membuat teguran sehingga mengenai sasaran pada hati nurani tersebut. Agar anak-anak dapat mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kecenderungan hati mereka kepada Allah, maka Saudara harus mengarahkan teguran kepada persoalan-persoalan yang ada dalam hati, bukan kepada perilaku. Saudara berbicara kepada hati mereka dengan menyingkapkan dosa dan menegur hati nurani, dalam hal ini, Saudara sebagai hakim mewakili Allah untuk menentukan yang benar dan yang salah.

Baru-baru ini, selesai kebaktian, seorang pria mendekati saya dalam keadaan yang sangat bingung. Dia telah memergoki seorang anak kecil mencuri uang dari kantong persembahan setelah kebaktian di gereja selesai. Dia memiliki kepedulian sejati terhadap anak tersebut. Saya menyarankan agar dia memberitahu ayah dari anak itu, sehingga anak tersebut dapat memperoleh manfaat dari teguran serta campur tangan ayahnya.

Beberapa menit kemudian, anak itu beserta ayahnya diminta menemui saya di ruang kerja saya. Anak tersebut mencuri dua dolar dan mengaku telah mengambilnya dari kantong persembahan. Dia menangis dan mengaku sangat menyesal serta meminta maaf.

Saya mulai berbicara kepadanya. "Charlie, saya senang ada seseorang yang melihat kamu berbuat itu. Oh, alangkah mengagumkan rahmat Allah sehingga tidak membiarkan kamu lolos dari hal ini! Allah telah menghindarkan kamu dari kekerasan hati yang datang ketika berbuat dosa dan lolos dari pengetahuan orang. Tidakkah kamu merasakan kemurahan-Nya kepadamu?" Dia melihat ke arah saya dan mengangguk.

Kemudian saya meneruskan, "Kamu mengerti Charlie, inilah sebabnya mengapa Yesus lahir dan mati untuk mengampuni, demi orang-orang seperti kamu, ayahmu, dan saya sendiri yang memiliki keinginan untuk mencuri. Kamu tahu, kita begitu berani dan tidak tahu malu, sehingga kita, bahkan mencuri persembahan yang telah diberikan oleh orang- orang bagi Allah. Tetapi, Allah demikian mengasihi anak-anak dan orang-orang jahat, sehingga Dia mengutus Anak-Nya untuk mengubah mereka sehingga bertobat, dan menjadikan mereka sebagai pemberi dan bukan pencuri."

Sampai di sini, Charlie tersedu-sedan dan kemudian mengeluarkan dua dolar dari dompetnya. Dia telah mendengar percakapan singkat itu dan selanjutnya, dia mengembalikan dua dolar yang telah diambilnya. Sesuatu terjadi, sementara dia mendengarkan saya berbicara mengenai rahmat Allah bagi orang-orang berdosa yang jahat. Tidak ada tuduhan dalam nada bicara saya. Baik ayahnya maupun saya tidak mengetahui bahwa ada uang lebih banyak. Apakah yang terjadi? Hati nurani Charlie ditegur oleh Injil! Sesuatu yang menurut saya menampar perasaan yang bergetar di dalam hatinya yang masih belia serta yang memiliki kecenderungan untuk mencuri. Injil tersebut mengenai sasaran di dalam hati nuraninya.

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Sumber
Judul Buku: 
Menggembalakan Anak Anda
Pengarang: 
Tedd Tripp
Halaman: 
180 - 185
Penerbit: 
Yayasan Penerbit Gandum Mas
Kota: 
Malang
Tahun: 
2002

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar