Anak Sekolah Minggu dan Keluarganya yang Belum Percaya


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Kenyataan bahwa tidak semua anak sekolah minggu memiliki orang tua atau keluarga yang sudah mengenal Yesus tampaknya sering tidak disadari. Kebanyakan justru beranggapan bahwa setiap anak yang mengikuti sekolah minggu pasti berasal dari keluarga yang telah mengenal Yesus. Padahal anggapan demikian tidak sepenuhnya benar. Malahan anggapan seperti itu dapat mengakibatkan sekolah minggu cenderung tidak memerhatikan latar belakang keluarga anak karena menganggap setiap anak mendapatkan pendidikan rohani yang sama di rumah.

Biasanya anak-anak yang keluarganya belum mengenal Yesus bisa masuk dan menjadi murid sekolah minggu karena beberapa alasan. Yang pertama karena ajakan temannya. Anak-anak sangat suka berkumpul dan bermain bersama. Dengan motif agar bisa terus bersama teman- temannya, akhirnya dia mengikuti kelas sekolah minggu. Bisa juga karena anak tersebut bersekolah di sekolah Kristen. Pada umumnya, sekolah Kristen mengharuskan seluruh murid mengikuti pelajaran agama Kristen dan salah satu tugasnya adalah mengikuti ibadah sekolah minggu. Orang tua yang memasukkan anak mereka ke sekolah Kristen biasanya sudah mengetahui peraturan ini sehingga tidak keberatan anak mereka pergi ke sekolah minggu. Selain itu, keberadaan anak tersebut di sekolah minggu bisa saja sebagai hasil penginjilan para guru sekolah minggu, pendeta, anggota jemaat, keluarga mereka yang sudah percaya, atau bahkan anak sekolah minggu yang lain. Karena melalui penginjilan, anak tersebut sepenuhnya sadar mengapa mereka ada dalam kelas sekolah minggu.

Anak-anak yang tanpa sengaja berada dalam kelas sekolah minggu, entah karena diajak atau karena peraturan, kemungkinan tinggal dalam keluarga yang tidak terlalu mengekang pergaulan. Anak-anak tersebut boleh mengikuti ibadah sekolah minggu tanpa keluarganya meributkan hal tersebut, khususnya bagi mereka yang memang bersekolah di sekolah Kristen. Bagi anak yang datang sebagai akibat dari penginjilan, bisa saja keluarganya tidak setuju. Mungkin saja ia terpaksa datang ke sekolah minggu dengan sembunyi-sembunyi atau bahkan membohongi keluarga mereka.

Mengapa sekolah minggu harus mengetahui latar belakang kehidupan rohani keluarga tiap anak?

Setiap anak yang ada dalam kelas sekolah minggu merupakan jiwa-jiwa berharga di mata Tuhan. Keberadaan mereka di dalam kelas bukan karena kebetulan dengan beberapa alasan yang sudah disebutkan di atas. Ada maksud dan rencana Tuhan yang indah untuk mereka sehingga mereka harus dibawa untuk semakin dewasa dalam pengenalan akan kasih dan keselamatan dalam Yesus.

Namun, sekolah minggu tidak dapat dijadikan satu-satunya tempat pembinaan rohani bagi anak-anak. Selain keterbatasan waktu ibadah, sekolah minggu bukanlah tempat di mana anak paling banyak menghabiskan waktunya. Justru di tengah keluargalah anak paling banyak menghabiskan waktu. Oleh karena itu, keberadaan keluarga sebagai tempat pembinaan rohani yang ideal bagi anak mutlak dibutuhkan.

Anak yang berasal dari keluarga yang sudah mengenal Yesus tentu akan menerima pendidikan rohani mengenai kebenaran firman Tuhan dari orang tuanya. Namun, yang menjadi masalah ialah anak-anak yang justru berasal dari keluarga yang belum mengenal kebenaran dan keselamatan di dalam Yesus. Mereka tidak dapat menikmati pembinaan rohani dari keluarganya. Oleh karena itu, tanggung jawab besar justru diemban sekolah minggu. Mau tidak mau pihak sekolah minggu harus sepenuhnya mengemban pembinaan rohani anak tersebut. Hal inilah yang menuntut para pelayan sekolah minggu untuk mengetahui latar belakang rohani keluarga murid-muridnya dengan jelas.

DAMPAK KELUARGA YANG BELUM PERCAYA

Bagi Anak

Beberapa dampak yang bisa timbul bagi anak sekolah minggu jika keluarga mereka belum percaya antara lain sebagai berikut.

  1. Anak lambat dalam mengalami pendewasaan rohani.
    Karena orang tua tidak mengenal Yesus, pendidikan mengenai kehidupan Kristen hanya mereka dapatkan di sekolah minggu atau pendidikan agama di sekolah. Padahal sekolah minggu hanya diadakan satu kali dalam satu minggu. Dan meskipun mereka belajar agama di sekolah, sebagian besar pelajaran itu hanya bertujuan untuk pengetahuan saja. Akibatnya, anak mengalami pertumbuhan rohani yang lambat.
  2. Anak kurang memiliki sikap hidup yang sesuai dengan firman Tuhan.
    Karena dibesarkan di lingkungan yang tidak mengenal Tuhan, anak yang cenderung punya sifat meniru, bisa memiliki sikap hidup yang sama dengan orang-orang di sekitarnya. Keluarga pasti mendidik anak mereka untuk memiliki sikap hidup yang baik, tetapi sangat mungkin sikap hidup baik yang mereka tanamkan dalam diri anak mereka berbeda dengan prinsip kebenaran firman Tuhan.
  3. Anak mengalami kebingungan untuk mengerti kebenaran firman Tuhan.
    Pendidikan rohani yang diberikan di sekolah minggu dan dalam keluarga tentunya bisa sangat berbeda, bahkan bertolak belakang. Misalnya saja, di sekolah minggu diajarkan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, sedangkan dalam keluarga Yesus hanya dianggap sebagai seorang Nabi bukan Tuhan. Hal tersebut pasti akan sangat membingungkan mereka.

Bagi Sekolah Minggu

Bukan hanya berdampak pada anak, keluarga anak sekolah minggu yang belum percaya akan berdampak pula bagi pelayanan sekolah minggu.

  1. Pembuatan kurikulum mengajar.
    Jika dalam sekolah minggu ada anak yang memiliki keluarga yang belum percaya, program mengajar atau rencana kurikulum tentunya harus disesuaikan. Pengurus harus mencari strategi yang tepat untuk bisa mengajar semua anak, baik yang mendapat pendidikan rohani dengan baik maupun yang tidak. Tentu saja kebutuhan pendidikan rohani anak dari latar belakang keluarga yang berlainan akan berbeda pula.
  2. Harus ada penanganan secara khusus bagi anak-anak tertentu.
    Anak-anak yang besar dalam lingkungan keluarga yang belum percaya mungkin akan memiliki beberapa karakter yang tidak sesuai dengan firman Tuhan -- tergantung karakter keluarga atau lingkungan sekitarnya. Anak-anak seperti ini sangat memerlukan penanganan khusus apabila mereka melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kelas sekolah minggu. Penanganan secara pribadi mungkin juga perlu bagi mereka. Tentu saja ini merupakan tugas yang juga penting untuk dilakukan para guru selain hanya sekedar mengajar. Penanganannya tidak bisa secara spontan, tetapi perlu pemikiran dan pergumulan pula.
  3. Sekolah minggu harus mengambil peran keluarga untuk mengenalkan anak pada kebenaran firman Tuhan.
    Hal ini juga memerlukan penanganan khusus. Hambatannya, banyak guru sekolah minggu yang tidak punya waktu untuk pelayanan ini selain mengajar di kelas. Di lain pihak, anak dengan kasus tersebut membutuhkan pendekatan, bimbingan, dan perhatian secara pribadi.
  4. Menghadapi penolakan dari keluarga.
    Jika anak sekolah minggu datang ke sekolah minggu dengan sembunyi-sembunyi atau tanpa izin dari keluarga, kemungkinan akan terjadi masalah antara keluarga dengan sekolah minggu atau gereja. Dari pihak keluarga bisa timbul reaksi negatif jika mengetahui anak mereka mengikuti kegiatan sekolah minggu. Sekolah minggu bekerja sama dengan gereja, harus bersiap menghadapi hal ini.

Sekolah minggu harus menanggulangi dampak-dampak tersebut. Penanggulangan itu di antaranya lewat pengadaaan program pendidikan rohani tambahan. Program tersebut dapat dilakukan di luar kelas, tidak hanya ketika sekolah minggu berlangsung. Selain itu, komitmen untuk mengasihi anak-anak seperti Yesus mengasihi mereka, kerelaan untuk mengorbankan waktu, tenaga, dan sebagainya akan menjadi kunci utama untuk menghadapi dampak-dampak tersebut.

[Oleh: Davida]

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar