Drama: Memainkan Sesuatu


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Cerita Hamlet yang ditulis oleh Shakespeare mengisahkan bahwa Hamlet mengetahui keterlibatan raja dalam pembunuhan ayahnya. Agar raja mau mengakui kesalahannya, Hamlet memaksa dia untuk melihat serangkaian cerita yang dimainkan tentang kejahatan itu. "Memainkan sesuatu," harap Hamlet, "di mana aku akan membuat raja sadar pada kesalahannya." Apa yang dilakukan Hamlet, "memainkan sesuatu", juga dapat dilakukan dalam pelayanan anak. Mengadakan drama di kelas dapat menjadi

Cerita Hamlet yang ditulis oleh Shakespeare mengisahkan bahwa Hamlet mengetahui keterlibatan raja dalam pembunuhan ayahnya. Agar raja mau mengakui kesalahannya, Hamlet memaksa dia untuk melihat serangkaian cerita yang dimainkan tentang kejahatan itu. "Memainkan sesuatu," harap Hamlet, "di mana aku akan membuat raja sadar pada kesalahannya."

Apa yang dilakukan Hamlet, "memainkan sesuatu", juga dapat dilakukan dalam pelayanan anak. Mengadakan drama di kelas dapat menjadi cara yang unik bagi anak-anak untuk dapat memahami firman Tuhan. Seperti sudah kita ketahui, murid-murid dapat belajar dengan baik bila mereka terlibat aktif -- dan apakah ada cara yang lebih baik lagi untuk melibatkan mereka dalam kehidupan tokoh-tokoh pada zaman Alkitab selain dengan mengajak mereka memerankan tokoh-tokoh tersebut melalui "role play"? Dengan memainkan drama, mereka bisa menerapkan kebenaran-kebenaran Alkitab dalam peragaan yang diadakan di kelas. Konsep yang abstrak mengenai kasih, berbagi, kebaikan, sukacita, dan lain-lain dapat diilustrasikan jauh lebih jelas melalui drama daripada melalui definisi-definisi dari kamus saja.

Guru tidak harus menjadikan drama di kelas seperti pentas pertunjukan di Broadway. Drama yang sederhana bisa menjelaskan kebenaran-kebenaran Alkitab dan meningkatkan pembelajaran melalui keterlibatan. Role play bisa dilakukan di kelas anak-anak yang masih kecil. "Kamu jadi ayah dan aku jadi ibu, ya." Anak-anak membangun peran drama mereka sendiri, menentukan peran, dan membuat alur cerita seperti pada drama sesungguhnya. Nilai dari peran mereka meningkat ketika guru ikut menemani dan memberi tuntunan dalam interaksi mereka, misalnya, "Pura-puranya kamu menjadi ibu, dan ini adalah dua anak laki-lakimu yang berebut mainan. Apa yang harus kamu katakan supaya mereka mau berbagi?"

Setiap kelas bisa menggunakan beberapa boneka. Drama dengan peralatan yang lengkap bisa digunakan untuk murid-murid yang lebih dewasa. Tetapi untuk anak-anak yang masih kecil, akan lebih berhasil bila dengan menggunakan sebuah boneka dan satu ide saja. Nilai dari drama itu sendiri tergantung dari masukan guru.

Drama yang paling sering diperagakan di sekolah minggu adalah tentang cerita Alkitab. Drama-drama itu bisa dibuat secara rinci dan terencana atau bisa juga dibuat sederhana dan spontan. Guru bisa memperkenalkan cerita dan kemudian menggunakan drama sebagai alat untuk mengulas pelajaran. Dia bisa menentukan peran dan menyimpan pakaian/kostum pada zaman Alkitab yang dibuat sederhana itu di kelas atau gudang. Dengan narasi drama dan arahan gerak dari guru, para pemain dapat memperagakan dengan kreativitas dan sudut pandang mereka. Perlengkapan sederhana bisa menjadi tambahan yang sangat membantu. (Murid yang lebih dewasa yang sadar diri mungkin memerlukan penataan panggung dan dorongan semangat yang lebih banyak daripada anak-anak yang lebih kecil).

Pantomim bisa menjadi perubahan yang baik dari drama biasa, di mana semua tindakan dimainkan tanpa dialog. Anak-anak belajar untuk menyampaikan perasaan dan ide-ide mereka melalui gerakan. Guru bisa memerjelasnya dengan kain yang lebar dan lampu yang menimbulkan efek bayangan. Para pemain bisa bergerak di antara lampu dan kain itu, sedangkan para penonton, yang berada di sisi lain dari kain itu, hanya melihat bayang-bayang mereka saja.

Role play membantu anak-anak merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh orang lain. Guru bisa memberikan beberapa peran, menggambarkan situasi di mana para tokoh itu berinteraksi, kemudian memberikan beberapa pertanyaan supaya dialog bisa berjalan lancar. "Mark, kamu menjadi ayah dari anak yang hilang. Josh, kamu menjadi anak yang hilang. Kamu telah pergi dari rumah dan menghabiskan semua uang pemberian ayahmu. Sekarang kamu ingin pulang. Mark, bagaimana perasaanmu pada Josh?"

Role play sangat menolong untuk menerapkan kebenaran Alkitab di zaman modern ini. Dalam beberapa drama, murid-murid bisa diminta untuk bertukar peran dan menjelaskan cara pandang tokoh lainnya. "Mary, kamu sudah berperan sebagai ibu Joan, yang pergi hingga larut malam tanpa minta izin terlebih dahulu. Sekarang jadilah Joan. Apa yang kamu rasakan saat pulang?"

Membaca bersama-sama dan bentuk-bentuk lain dari pembacaan drama bisa melibatkan anak-anak secara berkelompok maupun individu. Seni yang ada dalam pementasan ini lebih dari sekadar membaca hafalan. Seorang pemain harus benar-benar memahami arti dari setiap percakapan supaya bisa mendapatkan penokohan yang benar.

Cerita pendek dan lucu sering kali diajarkan hanya untuk bersenang-senang, tetapi sebenarnya cerita-cerita itu bisa memberikan nilai pengajaran yang besar. Secara teknis, suatu cerita pendek yang lucu adalah suatu drama pendek, tidak terencana atau spontan. Sekelompok anak diberi suatu topik dan dalam beberapa menit harus mementaskan cerita itu untuk menyampaikan pesannya. Karena cerita itu harus dipentaskan dalam beberapa menit saja, maka pementasan itu harus sederhana. Guru bisa menggunakan format cerita pendek dan lucu ini untuk meminta murid menggambarkan penerapan pelajaran pada hari itu. "Ann, kelompokmu mementaskan arti dari pelajaran tentang orang Samaria yang baik hati. Tetap gunakan alurnya, tetapi buatlah ceritamu itu seperti yang terjadi pada masa sekarang." Para guru juga bisa membentuk kelompok drama dan kemudian memberikan ide penyelesaian yang terbuka dan melihat apa yang dilakukan oleh anak- anak dalam kelompok itu. "Matt, k elompokmu akan membuat cerita pendek dan lucu tentang pengampunan. Pakailah ruang olahraga sekolah untuk tempatnya." Kegiatan seperti ini bisa menguji tingkat pemahaman murid-murid. Pendekatan yang paling benar untuk mengetahui apakah anak-anak telah menangkap konsepnya atau tidak, terletak pada kemampuan mereka dalam mengekspresikannya dengan menggunakan kata- kata mereka sendiri.

Murid-murid mungkin senang memerankan tokoh-tokoh Alkitab dan cerita-cerita mereka dengan menggunakan format perbincangan seperti di TV atau radio. Wawancara, permainan, dan iklan bisa digunakan untuk menyampaikan pelajaran. Naskah, "tape recorder", pengeras suara, dan perlengkapan panggung bisa menghidupkan drama yang dimainkan. "Aku adalah Rasul Paulus, dan aku akan menjadi pemandumu dalam perjalanan ke Tanah Suci hari ini ...."

Anda bisa mencoba beberapa ide ini, tetapi jangan terlalu terpancang pada panggung, kostum, atau bahkan dialognya sehingga tujuan intinya menjadi kabur. Tujuan utama Anda dalam menggunakan drama adalah untuk mengajarkan kebenaran yang alkitabiah. Jagalah supaya konsepnya tetap jelas, pembuatannya sederhana, dan murid-murid Anda bisa terlibat secara aktif. Selama mencoba! (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar

Sumber
Judul Artikel: 
Drama: The Play`s the Thing
Judul Buku: 
The Complete Handbook for Children`s Ministry
Pengarang: 
Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson
Halaman: 
128 -- 130
Penerbit: 
Thomas Nelson Publishers
Kota: 
Nashville
Tahun: 
1993

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar