Godaan Anak Sekolah Minggu


Jenis Bahan PEPAK: Tips

Guru sekolah minggu perlu mengetahui bahwa setiap hari minggu anak-anak layan ini menghadapi godaan-godaan yang menggiurkan ketika hendak berangkat ke sekolah minggu. Milton Chen, Ph.D. dalam bukunya "Anak-anak dan Televisi" (Gramedia Pustaka Utama, 1996) mengatakan betapa menakutkannya melihat cara tabung gelas ini menguasai waktu anak-anak Amerika. Rata-rata mereka menonton televisi 4 jam sehari, 28 jam seminggu, 1400 jam -- 1800 jam setahun. Boleh dibilang anak-anak meluangkan lebih banyak waktu di depan televisi daripada melakukan kegiatan positif. Selain bersaing dengan acara TV ataupun berbagai media lainnya, acara sekolah minggu juga bersaing dengan aktivitas sekolah, kursus-kursus, serta acara keluarga mereka. Kegiatan-kegiatan itu tentunya begitu menyita waktu dan perhatian mereka.

Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Oleh karena itu, kita perlu menyiasati agar sekolah minggu menjadi tempat belajar dan bermain yang menyenangkan bagi mereka. Sebagai guru sekolah minggu kita dituntut untuk selalu lebih kreatif menciptakan permainan-permainan atau kreasi-kreasi yang mampu menarik mereka untuk mengalahkan godaan-godaan yang mereka hadapi. Tentu saja, semua usaha kita tidak mengabaikan tujuan kita semula, yaitu mengajarkan dan mengenalkan Tuhan kepada anak-anak sekolah minggu. Beberapa tip agar anak rajin datang ke sekolah minggu:

1. Batasi menonton TV dan canangkan JASM (Jadwal Anak Sekolah Minggu)

Selain membuat anak-anak menjadi konsumtif, televisi juga telah menghanyutkan anak-anak ke dalam dunia yang tidak nyata (dunia khayal). Mereka dirasuki oleh tokoh-tokoh dalam film dan kartun serta meniru tingkah laku idolanya itu. Cobalah untuk menyiasati dampak TV agar tidak memberi pengaruh buruk terhadap anak-anak sekolah minggu kita.

Kita dapat memulainya dengan membuat kartu JASM dan rencana mingguan untuk anak-anak sekolah minggu. Tabel atau kartu tersebut dibuat sedemikian rupa agar anak terbiasa dengan jadwal harian mereka sehingga orangtua dapat mengarahkan dan mengontrol kegiatan anak. Teknisnya orangtua diminta untuk membantu mengontrol anak-anaknya dengan mengisi dan menandatangani kartu JASM yang telah dibuat. Pada setiap hari Minggu kita pun dapat mencari umpan balik dengan mencari tahu apakah laporan pada kartu JASM betul-betul menggambarkan kegiatan mereka sebenarnya di rumah. Untuk membuktikan kebenaran laporan JASM tersebut, tanyakan anak-anak, hal-hal yang mereka lakukan pada jam-jam JASM dengan pertanyaan terselubung. Contohnya: "Anak-anak, siapa yang tahu pemenang AFI semalam?", atau pertanyaan lainnya yang ditayangkan pada jam-jam JASM. Dari jawaban-jawaban mereka, kita bisa memperoleh informasi apakah mereka menonton acara televisi atau tidak. Pada kesempatan itu, sekaligus kita juga sedang melakukan cek silang terhadap laporan orangtua pada kartu JASM anaknya.

2. Mendisiplin anak-anak

Disiplin adalah latihan untuk menimbulkan kendali diri, karakter, keteraturan, dan efisiensi. Menanamkan kedisiplinan sejak kecil sangat penting. Walaupun demikian, sebelum disiplin ditanamkan pada anak-anak, perlu diperhatikan bahwa setiap anak berbeda-beda sifat atau temperamennya. Secara umum, setiap orang termasuk anak-anak dibagi dalam 2 temperamen dasar, yakni sifat ekstrover dan introver. Sangat penting bagi kita untuk mempelajari kedua temperamen ini sebelum mendidik mereka.

Anak ekstrover merasa nyaman dalam suasana yang berisik dan kompleks. Fokus mereka tidak bertahan lama, dan amat haus stimulasi dari luar. Mereka selalu mencari kawan, cepat merasa bosan, tidak mengacuhkan rasa sakit, dan kalau tersinggung langsung naik pitam. Sebaliknya, anak introver merasa cukup sibuk dengan stimulasi dari pikiran mereka sendiri. Mereka cenderung lebih "cengeng" dan butuh dihibur. Perbedaan kedua sifat ini tentu memengaruhi respons mereka terhadap sekelilingnya. Hal ini sangat perlu dipahami oleh guru-guru sekolah minggu dan para orangtua, karena sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Menurut para ahli Psikologi Anak, anak introver juga kurang berani dan peka atau halus perasaannya. Kalau dihukum, anak introver cenderung akan mengingatnya sedangkan anak ekstrover cepat lupa pada hukumannya.

Untuk memacu anak-anak ekstrover, sistem ganjaran lebih mengena, karena hukuman tidak terlalu berkesan bagi mereka. Sementara anak introver baru tergerak jika tugas itu memberi arti bagi diri mereka. Setelah mengetahui kecenderungan sifat anak-anak ini, kita menjadi lebih proposional menerapkan kasih sayang dan kedisiplinan.

3. Peran guru-guru sekolah minggu

Siapakah yang paling bertanggungjawab dalam memperkenalkan anak kepada Yesus Kristus dan memberikan dukungan untuk perkembangan iman kristiani anak? Menurut pemahaman banyak orangtua, sekolah minggulah yang memegang peranan penting. Oleh karena pemahaman yang tidak pernah dipermasalahkan tersebut, pertumbuhan iman sebagian besar anak-anak ditentukan oleh kualitas gereja (sekolah minggu) yang mengadakan berbagai kegiatan pembinaan untuk menolong mengembangkan iman mereka.

Tugas utama dan peranan guru sekolah minggu di gereja pun menjadi penting, yaitu antara lain:

  • mengomunikasikan kebenaran, tujuannya agar anak-anak sejak kecil diajarkan tentang keselamatan yang benar melalui pemahaman akan Kitab Suci;

  • menjadi saluran berkat Allah terhadap anak-anak SM dengan menyampaikan cinta kasih dan kebenaran-Nya;

  • melayani sesuai talenta yang diberikan Tuhan dan karena itu tidak perlu berkecil hati.

Berdasarkan pengamatan, banyak guru sekolah minggu yang tidak mempersiapkan rencana pengajaran sebelum mulai mengajar, baik liturgi, sistem pembinaan, maupun persiapan rohani secara khusus. Sangat disayangkan bila mengajar anak-anak sekolah minggu dengan persiapan seadanya, hanya berdasarkan jadwal dan tugas yang telah dibuat oleh pengurus atau komisi sekolah minggu.

Beberapa alasan guru sekolah minggu tidak mengadakan persiapan khusus untuk mengajar sekolah minggu, mungkin karena beberapa hal berikut:

  • sistem pembinaan dan program sekolah minggu tidak terencana dengan baik;

  • kurangnya pengetahuan akan pentingnya pelayanan sekolah minggu di tengah-tengah masyarakat;

  • menganggap pelayanan sekolah minggu bukan prioritas, namun hanya sekadar pelengkap pelayanan;

  • kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan dunia anak-anak;

  • mengabaikan persiapan rohani secara khusus sebelum melayani anak-anak.

Jika alasan-alasan di atas tidak dapat dibenahi, bagaimana kita dapat membuat sekolah minggu bertumbuh dan menjadi acara yang dinanti-nantikan oleh anak-anak?

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Membuat Panggung Boneka untuk Sekolah Minggu
Penulis : Igrea Siswanto
Penerbit : ANDI Offset, Yogyakarta
Halaman : 9 -- 17

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar