Jenis Bahan PEPAK: Artikel
Injil menuliskan empat keadaan di mana Yesus mengajarkan bahwa kasih
merupakan prinsip utama dari semua hukum. Dalam Khotbah di Bukit
kita mendapatkan contoh pertamanya. Seperti yang telah ditunjukkan
bahwa hukum yang berkaitan dengan kutuk, perzinahan, dan
penganiayaan kepada orang lain tidak hanya sekadar kata-kata saja
dan harus dihargai lebih daripada itu. Dia berkata, "Kamu telah
mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu" (
Ayat yang diambil-Nya dari Perjanjian Lama, Imamat 19:18, menyatakan, kasihilah musuhmu. Ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar memberikan interpretasi umum pada ayat ini, suatu interpretasi yang muncul dari konsep "sesama". Bagi orang Yahudi, "sesama" adalah orang yang tinggal di sekitar kita. Pada kenyataannya, bahasa Yunani untuk "sesama" berarti orang yang di dekat kita. Orang Yahudi jumlahnya sangat banyak sehingga yang dimaksud "sesama" hanyalah orang Yahudi. Dan karena hampir setiap orang lain menjadi musuh, mereka memberi celah permusuhan kepada orang lain. Yesus memerintahkan, "Kasihilah musuhmu." Pada waktu itu seseorang hampir tidak mungkin berpikir hal-hal yang lebih mengejutkan dan tidak masuk akal.
Yesus menegaskan hal ini untuk kedua kalinya ketika ada seorang muda
yang kaya datang kepada-Nya. Pengikut muda ini menyebut Yesus, "Guru
yang baik", dan bertanya bagaimana bisa mendapatkan hidup yang
kekal. Yesus mengatakan kepadanya supaya mematuhi perintah Allah.
Ketika dia bertanya perintah yang mana yang dimaksud Yesus, Tuhan
berkata, "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (
Untuk ketiga kalinya Yesus menggunakan hukum ini sebagai acuan untuk
menjawab pertanyaan ahli Taurat (
Pada kali yang keempat, Yesus menekankan hukum kasih ini di
sepanjang minggu terakhir keberadan-Nya di Yerusalem. Pada saat ini
juga, seorang ahli Taurat menanyai Dia untuk mendapatkan jawaban
yang benar. Ahli Taurat itu menanyakan perintah apa yang terutama.
Yesus menjawab bahwa perintah yang pertama adalah mengasihi Allah
dan perintah kedua adalah mengasihi sesama (
Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa Dia menjadikan hukum kasih sebagai pusat dari seluruh hukum. Mengapa? Karena jika kita benar-benar mengasihi Allah dan sesama kita, dengan sendirinya kita akan memenuhi hukum-hukum lainnya. Kita tidak bisa mengasihi seseorang, namun kita mencuri atau iri hati terhadap apa yang dimilikinya. Kita tidak bisa mengasihi Allah dan mengkhianati-Nya atau menyembah berhala. Kasih Yesus tidak mengajarkan rasa sentimentil, tetapi kemampuan untuk berbuat baik. Karena kasih adalah prinsip utama dari semua hukum.
Prinsip ini Yesus gunakan untuk menyatakan bahwa murid-murid-Nya
harus saling mengasihi sama seperti Ia yang juga mengasihi mereka.
Yesus menyebut ini sebagai "hukum yang baru". Yesus juga menyatakan
bahwa kasih kepada-Nya akan tampak dalam ketaatan kepada-Nya (
KASIH MERUPAKAN SIFAT ALLAH
Rasul Yohanes mengatakan kepada kita, "Allah adalah kasih" (
Ajaran Yesus tentang pemeliharaan Allah sudah menjadi bukti dari
kasih-Nya. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus mengajarkan kepada kita
agar tidak khawatir karena kita dapat bergantung kepada Bapa. Yesus
menunjukkan kepada kita bahwa Bapa memelihara burung-burung,
mendandani rumput di padang, dan memberi keindahan kepada
bunga-bunga yang bermekaran, dan begitu juga Dia akan memelihara
kita (
Tindakan Yesus yang berbelas kasih itu sendiri menunjukkan betapa
Allah itu kasih. Ia yang menyembuhkan orang sakit, menghidupkan
kembali orang yang sudah mati, memberi makan orang banyak, dan
melindungi murid-murid-Nya menunjukkan bahwa kasih adalah sifat
Allah. Ia mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa setiap orang yang
telah melihat Dia telah melihat Bapa (
Ajaran-ajaran Yesus yang menggunakan perumpamaan juga menunjukkan hal ini. Kasih yang dimiliki seorang ayah dalam cerita anak yang hilang menggambarkan kasih Bapa di surga. Ketentuan untuk para pekerja juga merupakan ketentuan dari kasih, bukan dari kebaikan mereka. Dan pengorbanan dari seorang gembala yang baik juga merupakan kepedulian terhadap mereka yang dikasihi.
Petrus mengatakan kepada kita bahwa kehidupan Tuhan kita merupakan
suatu "contoh" atau sebagai seperti yang disebut dalam bahasa Yunani
"tupos", (atau dalam bahasa Inggris "type"). Dia meninggalkan
"teladan" bagi kita, kata Petrus, "supaya kamu mengikuti jejak-Nya"
(
Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Anak Umum
- Login to post comments
- Printer-friendly version