Mendidik Murid untuk Belajar

Jenis Bahan PEPAK: Tips

Talenta mendidik yang Anda miliki tidak akan ada gunanya jika tidak Anda praktekkan dalam kehidupan mengajar Anda. Salah satu tindakan yang dapat kita lakukan adalah mendidik mereka dalam hal belajar. Secara kongkret dan praktis, untuk mendidik peserta didiknya dalam hal belajar, guru dapat memperhatikan beberapa prinsip berikut ini.

  1. Hargailah pendapat peserta didik meskipun tampak dan kedengaran kurang tepat (bandingkan dengan Roma 14:1-2). Berilah terlebih dahulu penghargaan bahwa peserta didik itu telah rela memberikan pendapatnya. Kemudian, seperlunya berilah koreksi positif dan konstruktif. Usahakan memberikan perbaikan pemikiran dari sudut mana peserta didik memandang. Cara pandang guru dengan peserta didik tidaklah selalu sama.

  2. Hargailah peserta didik sebagai seorang pribadi, meskipun kemampuan belajarnya sangat kurang. Bahwa ia tetap setia hadir di kelas sudah menunjukkan usaha yang serius. Kita harus tahu bahwa orang dapat belajar dari pengalaman, yakni pengalaman terhadap proses belajar, bukan saja dari hasil yang sudah dicapai. Apa yang telah dialami seseorang melalui interaksi dalam kelas mungkin sekali tidak selalu dapat diungkapkannya secara gamblang. Apalagi bagi mereka yang dibesarkan dalam nilai budaya Timur, yang berkembang dalam tatanan "budaya bisu" atau "budaya diam".

  3. Binalah selalu persahabatan dengan peserta didik tanpa mengorbankan tujuan disiplin. Kita tahu hal ini memang sering menjadi semacam motif-motif yang bertentangan bagi guru dan peserta didik. Ada peserta didik yang sungguh ingin dikenal dan dihargai oleh gurunya, lalu membina persahabatan harmonis, sama sekali tanpa ada motivasi ingin mendapat nilai terbaik dari persahabatan itu. Namun ada pula peserta didik yang ingin membina persahabatan dengan guru untuk memperoleh kemudahan ataupun nilai yang bagus. Guru harus dapat memahami kemungkinan motif semacam itu, lalu berupaya meluruskannya.

    Sering guru melemahkan disiplin terhadap peserta didik karena persahabatan, atau melemahkan persahabatan (dengan menjaga jarak) demi disiplin. Karena itu, guru harus "pandai-pandai" membawa dirinya agar dapat menghadapi tugas yang menuntut pencapaian tujuan, namun sekaligus membina persahabatan yang terbuka dan tegas.

  4. Peliharalah agar peserta didik merasa terlindungi, baik hak dan harga dirinya, dalam setiap kesempatan interaksi.

  5. Belajarlah mengembangkan suasana humor tanpa bernada sarkastik terhadap peserta didik. Pada dasarnya, guru dapat mengajak peserta didik menertawakan dirinya sendiri. Dengan begitu peserta didik merasa aman dan tidak akan dijadikan bahan lelucon oleh gurunya.

  6. Berikanlah pujian atau penghargaan kepada peserta didik yang memang patut memperolehnya. Penghargaan ini dapat berupa hadiah buku dan sejenisnya, atau berupa ucapan atau kata-kata yang membangun semangat, termasuk nilai yang layak diperoleh. Guru harus tahu bahwa perkataan yang diucapkannya senantiasa "memiliki kuasa" apakah untuk membangun atau sebaliknya meruntuhkan atau menghilangkan gairah. (Bandingkan dengan Efesus 4:29: "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.") Karena itu, guru harus belajar menetapkan sikapnya agar senantiasa dapat mengeluarkan perkataan yang membangun dan memberi harapan.

  7. Sesuaikanlah metode mengajar dengan situasi dan kondisi peserta didik, agar mereka dapat mengikuti proses belajar. Kadang-kadang metode yang terasa asing sama sekali bagi mereka dapat menghambat kelancaran proses belajar. Jika guru memakai metode "baru", peserta didik memerlukan waktu untuk penyesuaian, sebelum memperoleh masukan atau makna dari kegiatan yang diikutinya itu.

  8. Teruslah berdoa dan berharaplah akan campur tangan Allah, oleh Roh-Nya, yang mampu membuat suasana nyaman dan menggairahkan untuk belajar. Kita ketahui bahwa Roh Kudus adalah "pengajar" yang hadir tanpa dilihat oleh siapa pun. Dialah sesungguhnya yang sanggup menimbulkan "pencerahan" dalam diri guru dan peserta didiknya (bandingkan dengan Yohanes 16:11-13; 1Yohanes 2:20,27; 3:24). Terutama dalam pengajaran iman Kristen (PAK), kedua belah pihak harus senantiasa sadar akan kehadiran dan pimpinan-Nya. Baik guru maupun peserta didik harus merelakan Dia bekerja secara bebas dalam interaksi belajar mengajar itu.

    Dalam pengajaran yang "non-Alkitab" atau "non-teologis" pun, sebagai orang percaya, guru harus tetap mengandalkan campur tangan Roh yang Mahapintar itu. Sebab kita tahu Roh Kudus adalah Roh yang mampu menuangkan kreativitas dalam diri orang percaya. Sebab ada sisi ilahi dari kreativitas manusia, khususnya bagi mereka yang memberikan diri dikendalikan oleh Roh Allah. Roh yang sama menumbuhkan motivasi, wibawa, dan otoritas serta percaya diri yang mantap dalam diri guru. Modal dasar ini sangat perlu bagi setiap guru dalam menghadapi situasi dan kondisi relasi maupun interaksi manusiawi, yang sering tidak berlangsung segar atau menyenangkan. Guru yang memberi diri dipimpin oleh Roh yang maha mendidik, akan merefleksikan nilai-nilai hidup yang menyukakan batin dan pikiran peserta didiknya!

Kategori Bahan PEPAK: Guru - Pendidik

Sumber
Judul Artikel: 
Masalah Motivasi Belajar
Judul Buku: 
Menjadi Guru Profesional Sebuah Perspektif Kristiani
Pengarang: 
B. Samuel Sidjabat, M.Th., Ed.D.
Halaman: 
112 - 114
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup
Kota: 
Bandung
Tahun: 
1993