Jenis Bahan PEPAK: Artikel
Mengajar anak-anak yang berusia 6-7 tahun pada Minggu pagi merupakan saat-saat yang paling memuaskan bagi saya. Mereka berdesak-desakan keluar dari ruang pertemuan dan masuk ke dalam kelas saya penuh dengan berita-berita yang ingin diceritakan dan keperluan-keperluan yang harus didoakan.
Kesukaan mereka di dalam Tuhan mudah menjalar. Mereka tidak malu untuk menyatakan kegembiraan mereka. Bahkan orang dewasa bisa belajar banyak dari anak-anak yang ada di sekelilingnya.
Anak-anak biasanya suka berterus-terang. Mereka begitu berterus- terang dan jujur sehingga perlu bimbingan untuk menghilangkan segi- segi yang agak tajam dari ucapan mereka. Tetapi kejujuran mereka dapat menyegarkan dunia kita. Orang tua dapat juga belajar untuk lebih jujur terhadap sesamanya dengan mengakui kesalahan mereka dan saling menceritakan masalah mereka.
Pernah seorang anak laki-laki mengakui kepada kawannya bahwa kadang- kadang dia merasa sukar untuk selalu bertindak sebagai seorang Kristen dan minta kawan itu berdoa baginya. Berapa kalikah orang dewasa mau merendahkan dirinya dengan meminta sesama Kristen untuk berdoa bagi mereka supaya bisa mengatasi kesalahan mereka? Alangkah indahnya pelajaran ini bagi kita semua!
Doa anak-anak dapat merupakan pelajaran dalam kesungguhan, kerendahan hati, dan kasih. Saya tidak akan melupakan doa seorang anak kecil seperti berikut, "Allah, kami mengasihi Engkau. Kami berterima kasih untuk rumah kami, keluarga, dan segala-galanya. Tuhan, kadang-kadang kami marah kepada ibu kami, tetapi kami mencintainya. Tolonglah kami untuk bersikap lebih baik. Dan tolonglah ibu kami agar tidak marah kepada kami."
Saya pernah membaca bahwa doa yang baik terdiri dari pemujaan, pengakuan, pengucapan syukur, dan permohonan. Setiap orang yang menganalisa doa di atas ini akan segera melihat bahwa tanpa mengetahui rumus itu seorang anak kecil berusia 6 tahun telah mencakup semua unsur tersebut dalam doanya.
Kita, orang dewasa, dapat belajar berdoa seperti anak-anak, yaitu dengan penuh kasih, dengan sungguh-sungguh, dengan berani, dengan rendah hati, tanpa merasa malu dan yang paling penting lagi, dengan iman bahwa Allah akan mendengarkan dan menjawab.
Kadang-kadang kita melihat sikap orang tua tercermin dalam sikap dan tindakan anak-anak.
Pada suatu hari, seorang anak perempuan merebahkan diri di sebuah kursi di samping saya dan tanpa pendahuluan berbisik kepada saya, "Saya ingin menceritakan sebuah rahasia kepadamu." Ketika saya membungkuk untuk mendengatnya, dia mengeluh, "Saya marah kepada Linda. Dia nakal kepada saya minggu yang lalu!"
"O, benarkah?" tanyaku. "Sayang. Sudahkah engkau mengampuni dia? Ingatlah, Yesus ingin agar kita mengampuni."
Pada wajahnya terpancar rasa heran. Penuh pemikiran dan dengan sedikit menantang jawabnya, "Sudah. Tetapi saya masih marah kepadanya."
Ketika mengenangkan peristiwa yang menggelikan ini saya berpikir, "Tuhan, apakah saya juga sudah berkata telah mengampuni seseorang, tetapi masih marah terhadapnya? Jika demikian, tunjukkan kesalahan saya sehingga saya dapat meminta pengampunan dan pertolongan-Mu untuk sungguh-sungguh menghilangkan rasa dendam itu."
Biasanya, anak-anak kecil dengan cepat mengampuni seperti orang dewasa, bahkan kadang-kadang lebih cepat lagi. Mereka terlalu sibuk untuk menyimpan rasa dendam. Alangkah baik seandainya semua orang dewasa terlalu sibuk mengurus kehidupan mereka sendiri dan menolong orang yang ada di sekelilingnya sehingga tidak membiarkan sifat mendendam itu berakar.
Banyak pelajaran yang dapat dipelajari oleh para guru dari anak-anak
didiknya. Asal saja kita mau waspada terhadap bimbingan Roh,
seringkali kita akan mendengar suara-Nya berbicara kepada kita
"dari mulut anak-anak kecil." "Dan seorang anak kecil akan
mengiringnya" (
Kategori Bahan PEPAK: Guru - Pendidik
- Login to post comments
- Printer-friendly version