Dapatkah Anak Anda Menafsirkan Pesan-Pesan yang Terselubung?

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Cara kita duduk, memandang, merasakan sesuatu, apa yang kita katakan, dan apa yang tidak kita katakan, segala sesuatu yang kita lakukan, itu semua mengomunikasikan suatu pesan. Penelitian mengungkapkan bahwa hanya 7% dari komunikasi seseorang dilakukan secara lisan. Dari yang sisanya, 38% merupakan nada suara dan 50% adalah yang nonverbal, seperti bahasa tubuh. Itu sebabnya, penting sekali bagi anak-anak untuk belajar menafsirkan pesan-pesan terselubung yang diarahkan kepada mereka.

Anak-anak yang lebih kecil memunyai kemampuan alamiah untuk dapat menangkap perasaan orang tuanya, tetapi mereka cenderung mengartikan secara harfiah apa yang dikatakan kepadanya. Mereka juga menjadi bingung jika bahasa gerakan tubuh dan nada suara seseorang itu menyampaikan pesan yang berbeda daripada apa yang dikatakan kepadanya secara lisan.

Pada suatu hari, anak Pak Waylon O. Ward yang bernama Tim dan baru duduk di kelas 1 SD, pulang sekolah dengan menangis. Teman sekelasnya, Tommy, adalah seorang anak yang suka mengganggu anak yang lebih kecil dan tak berdaya; anak ini suka menjegal dan menendang Tim. Sambil menyeka air mata Tim, istri Pak Waylon menjelaskan kepada Tim bahwa mungkin Tommy itu kesepian, tak memunyai kawan, dan ia berbuat demikian itu hanya untuk menarik perhatian. Ibunya itu mengusulkan kepada Tim agar ia mengundang Tommy ke rumahnya sesudah sekolah usai kalau kelak ia melakukan hal semacam itu lagi. Beberapa hari kemudian ketika Tommy menendangnya lagi, Tim menafsirkan peristiwa itu dengan cara yang berbeda dan oleh karenanya, tanggapannya pun berbeda. Ia berkata, "Tommy, marilah kita berkawan. Maukah kamu datang ke rumah saya setelah sekolah usai?" Peristiwa itu merupakan permulaan dari banyak pengalaman yang menyenangkan bersama dengan Tommy.

Kebanyakan, para ahli sependapat bahwa sebelum umur kira-kira sepuluh tahun, anak-anak tidak mampu untuk berpikir secara abstrak. Sebagai contoh, jika terjadi kecelakaan, mereka sering perlu ditolong supaya mengerti bahwa mereka bukan seorang yang "jahat" hanya karena mereka menumpahkan susu atau memecahkan piring. Kemarahan yang mungkin kita perlihatkan sebagai suatu reaksi spontan terhadap kejadian semacam itu, terutama melalui pandangan atau isyarat-isyarat yang nonverbal, dapat merupakan sikap yang menghancurkan seorang anak.

Kemarahan semacam itu merupakan salah satu dari pesan-pesan terselubung yang lazim. Kita sering menyangkalinya dengan kata-kata kita, tetapi menegaskannya dengan emosi kita dan tindakan-tindakan kita yang nonverbal. Satu kali, anak itu dapat merasakan bahwa orang tuanya marah, kata-kata tidak akan dapat menghapus perasaan takut dan perasaan tidak dikasihi yang dialaminya. Cara lain yang jauh lebih baik ialah dengan mengakui bahwa Anda marah, tetapi yakinkanlah bahwa ia masih tetap sangat dikasihi. Dengan mengakui perasaan Anda yang sebenarnya, berarti Anda memberi penjelasan kepadanya tentang apa yang "ditangkap" anak itu secara nonverbal dan membebaskan dia dari sebagian besar ketakutannya. Sering kali, orang tua menggunakan pesan-pesan terselubung dengan memanipulasi anak-anak. Kita langsung menunjukkan perasaan "disakiti" apabila seorang anak melakukan sesuatu yang tidak kita sukai. Baru setelah lama sekali, anak itu mungkin menyadari bahwa sikap inilah yang merupakan sumber perasaan bersalah dan kemarahan yang terpendam. Kalau kita menyadari bahwa kita sedang memanipulasinya dengan cara demikian, kita perlu mengakuinya secara terang-terangan dan meminta maaf.

Pada saat anak-anak memasuki usia praremaja, bertambah juga kemampuan mereka untuk berpikir secara masuk akal dan abstrak. Mereka sudah dapat menafsirkan pesan-pesan yang terselubung dengan lebih baik. Sebenarnya, kemampuan mereka yang makin meningkat untuk dapat membaca perasaan dan sikap orang tua itu akan memojokkan kita jika kita berlaku tidak konsisten. Misalnya, kita sering menyalahi idealisme kaum muda ketika kita menegaskan pentingnya pergi ke gereja di satu pihak, tetapi di pihak lain kita mengecam khotbah pendeta.

Apakah mengenai soal pakaian, musik, atau apa saja, Anda dapat membangun suatu hubungan yang sehat apabila waktu ada perbedaan pendapat antara Anda dan remaja Anda, Anda menjernihkan ketegangan ini dengan mengungkapkan secara jujur, "Nak, saya menyadari bahwa ini hanyalah pandangan saya. Apakah kamu tidak akan menyetujuinya?"

Berikut merupakan beberapa teknik komunikasi yang perlu diingat mengenai pesan-pesan yang terselubung.

  1. Sentuhan mungkin merupakan salah satu faset yang paling penting dari komunikasi nonverbal. Anak-anak perlu dipeluk, dibelai, dan berbagai pernyataan kasih yang lainnya, khususnya sesudah mereka didisiplin atau dihukum. Sekalipun jika kata-kata Anda tegas dan bersifat mengoreksi, sentuhan Anda akan dapat meyakinkan anak Anda bahwa di balik hukuman itu terdapat kasih.

  2. Perhatikanlah nada suara dan ekspresi wajah Anda pada waktu berbicara kepada anak. Tanyakan pada diri Anda sendiri apakah pesan-pesan yang disampaikan secara nonverbal itu sesuai dengan apa yang Anda katakan.

  3. Mengepal-ngepal tangan, memutar-mutar cincin, mencoret-coret sesuatu, menggaruk-garuk kepala, menarik-narik kancing atau perhiasan, atau memandang ke sekeliling ruangan; semua ini menunjukkan adanya perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang tidak diucapkan, seperti kegelisahan, kebosanan, atau amarah. Waspadalah terhadap isyarat-isyarat seperti ini yang terdapat pada diri Anda dan pada anak Anda.

  4. Tolonglah anggota keluarga Anda supaya mereka dapat menafsirkan sikap diam; sikap diam ini dapat mengungkapkan sejumlah perasaan; dari marah sampai sedih, sampai perasaan terkejut yang hebat. Jika Anda merasa bahwa anak Anda telah menyalahtafsirkan sikap diam Anda, pakailah beberapa kata untuk menjelaskan perasaan Anda. Umpamanya, jika Anda bersikap diam karena pikiran Anda dikuasai oleh rasa prihatin atas sanak keluarga yang sakit, jelaskan hal itu supaya anak Anda tidak menyangka Anda sedang marah kepadanya karena suatu alasan yang tidak diketahuinya. Tolonglah anak Anda yang masih kecil agar dapat menafsirkan peristiwa yang terjadi sehari-hari dan juga menafsirkan perasaannya sendiri ketika menanggapi segala peristiwa itu.

  5. Jadikanlah suatu permainan atau teka-teki untuk mengungkapkan pesan-pesan terselubung yang ada dalam poster-poster dan iklan-iklan di media massa dan sarana-sarana lainnya.

  6. Terapkan kemampuan Anda untuk dapat mendengarkan sesuatu dan mengenali sesuatu dalam cara-cara komunikasi di dalam keluarga Anda. Anjurkanlah untuk bersikap terus terang. Mintalah suami atau istri Anda untuk menolong Anda supaya dapat lebih peka terhadap perasaan dan pesan yang Anda komunikasikan.

  7. Jadilah teladan agar selalu bersikap konsisten dalam berkomunikasi. Mengakui bagaimana perasaan Anda yang sebenarnya walaupun mungkin perasaan Anda itu tidak sebagaimana yang Anda harapkan, merupakan hal yang penting jika Anda ingin anak Anda nantinya akan berbuat yang serupa.

  8. Janganlah bersikap memaksa anak Anda agar ia menunjukkan perasaan sebagaimana yang seharusnya ia rasakan. Hal ini hanya akan membuat anak itu bersikap tidak konsisten dalam berkomunikasi.

  9. Jika anak Anda minta penjelasan tentang sesuatu pesan yang terselubung, ungkapkanlah. Kejujuran dan keterbukaan jauh lebih tidak menakutkan jika dibandingkan dengan pesan terselubung yang disalahartikan.

Suatu cara berkomunikasi yang jelas dan lengkap dapat merupakan ciri yang istimewa dari cara hidup keluarga Anda, jika Anda cukup menaruh perhatian untuk menolong setiap anggota keluarga Anda agar dapat mendengarkan seluruh pesan yang disampaikan secara lengkap.

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid

Sumber
Judul Artikel: 
Dapatkah Anak Anda Menafsirkan Pesan-Pesan yang Terselubung?
Judul Buku: 
40 Cara Mengarahkan Anak
Pengarang: 
Paul Lewis
Halaman: 
47 -- 51
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup
Kota: 
Bandung
Tahun: 
1993