Perjalanan yang Sesungguhnya

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

"Anda yakin Anda akan selamat?"

"Mungkin, Anda harus mencoba dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu."

Reaksi umumnya, tidak antusias, terpancar dari wajah teman dan keluarga kami, ketika mereka mendengar rencana pelayanan misi kami. Mereka heran kami memesan lima bangku penerbangan, mengajak anak-anak kami yang masih duduk di sekolah dasar, dan berkelana ke dunia bagian lain dengan orang-orang asing hanya demi menolong anak yatim piatu. Apakah kami sudah mempertimbangkan matang-matang bagaimana anak gadis kami dapat dan harus melayani bersama orang tua mereka ke tempat yang sangat jauh dari rumah -- makan, tidur dan (lebihparah lagi) menggunakan kamar mandi di tempat asing?

Jawabannya, ya!

Biasanya, pelayanan misi jangka pendek adalah ranah pelayanan kelompok remaja dan pemuda yang rindu melayani suku-suku lain tanpa harus berhenti dari pekerjaan mereka. Namun saat ini, Adam Henry dari organisasi pengembangan dan pertolongan, Food for the Hungry, mengatakan bahwa fenomena tersebut sudah mulai berubah. "Semakin banyak keluarga yang berencana melayani bersama-sama," kata Henry. "Saya merasa ada gunanya bagi anak-anak saat menyaksikan orang tua mereka melayani Tuhan. Anak-anak menjadi dunia Kristen."

Saya dan suami saya berbicara tentang ide ini selama 3 tahun. Tetapi, kami belum merasa nyaman mengambil sebuah keputusan. Semakin anak-anak kami bertumbuh, saya mengamati mereka semakin terbiasa dengan kehidupan yang lumayan menyenangkan di pingir kota. Ya, mereka pergi ke gereja setiap minggu dan belajar tentang kejahatan dosa. Namun, apakah mereka juga belajar tentang kejahatan puas diri? Saya khawatir budaya makmur dan rasa puas kita akan menumpulkan mereka menjadi orang kristen yang acuh tak acuh, mengabaikan dan tidak peduli dengan dunia yang terluka di balik kehidupan yang nyaman.

Kami juga merasa bahwa anak-anak kami wajib menerapkan iman dalam tindakan mereka. Mereka tidak perlu menunggu dewasa untuk melayani. Pendeta Eric Spangler, seorang direktur dari Mobilization for Free Methodist World Mission, membawa anak-anaknya yang berumur 4 -- 12 tahun ke India untuk alasan yang sama. Dia berkata, "Saya harap anak-anak saya mendapat pandangan yang lebih luas tentang dunia dan kerajaan Allah. Saya juga berharap mereka peka akan kehidupan orang-orang yang menderita."

Oleh karena itu Oktober lalu, kami berlima (Ibu, Ayah, dan tiga anak gadis yang berumur 6, 10, dan 11) terbang ke Beijing, China, selama 2 minggu. Pengalaman ini menyadarkan kami akan satu hal: kami akan melakukannya lagi! Dengan cara yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya, anak anak kami telah menjadi "dunia Kristen" saat mereka menyempatkan waktu dengan anak-anak di China.

Langkah Pertama

Saat kami memutuskan untuk pergi melayani, kami harus menentukan tempat yang kami tuju dan kegiatan kami. Saya menemukan lokasi yang cocok dengan cara yang mudah. Saya menjelajahi Internet mencari "misi jangka pendek". Hasilnya pencarian dipersempit lagi ke daerah yang membutuhkan pertolongan logistik. Kemudian, kami memutuskan berangkat ke tempat yang dekat; kami tidak memilih penerbangan trans-Atlantic [Red. menyeberang samudra Atlantik] karena anak kami terkena gejala ADHD [red. ketidakmampuan berkosentrasi dan hiperaktif]. Harus sesuai dengan kantong kami. Saya juga memerhatikan pertanyaan-pertanyaan seperti: 1) Apakah daerah ini aman? 2) Dapatkah seluruh keluarga berpartisipasi dalam pelayanan? 3) Apakah ada agen yang mengirimkan keluarga?

Ketika saya menemukan kesempatan melayani yatim piatu, saya tahu tempat itu sempurna. Kemudian saya lihat lokasinya. China. China? Yang benar Tuhan? Bagaimana dengan: jarak yang dekat, harga yang terjangkau dan perjalanan yang mudah? Namun Tuhan berkata bahwa tidak ada rintangan bagi Allah. "Baiklah," saya berdoa, "China lokasinya."

Misi 2 minggu kami dengan The Sowers International (www.sower.org) dibagi menjadi dua bagian:

  1. Kami menghabiskan hari-hari kami membantu kelas anak-anak China. Kami membantu mereka melatih bahasa Inggris dengan perkenalan diri. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan berkaitan dengan kepercayaan kami.

  2. Seusai sekolah, tepatnya pada akhir minggu, kami menolong di rumah yatim piatu yang dikelola oleh pasangan Kristen dan mendekatkan diri dengan anak-anak. Anak-anak yatim piatu hanya bisa sedikit berbahasa Inggris. Tetapi, anak- anak kami membantu mereka mengerjakan PR, mengajarkan mereka lagu-lagu, membuat kerajinan tangan bersama-sama, bahkan berlomba dengan mereka di sepanjang Sungai Kuning.

Becca, anak perempuan kami yang tertua, menyukai anak-anak. Di sana ada tiga gadis kecil yang berbibir sumbing; mereka selalu tersenyum saat Becca menyentuh mereka. Dia menggandeng mereka, membuai mereka. Bahkan, dia tidak menunjukan rasa jijiknya saat mereka meludahinya. Becca adalah anak yang cenderung pemalu dan suka menarik diri. Dia juga terkena sindrom Tourette, yang menyebabkan dia terkadang sangat sensitif dan terkadang gampang senang. Saat dia sedang bersama balita, saya tahu pikirannya heran bagaimana seorang ibu meningalkan bayi yang elok karena kenyataan yang memaksa mereka melakukannya.

Ketika kami tiba di rumah, saya menanyakan Becca apakah pengalamannya itu mengubahnya. Dia berkata, "Saya menjadi lebih berani menolong orang. Sebelumnya, saya terlalu takut. Sekarang saya tahu jika seseorang membutuhkan pertolongan, saya sanggup menolongnya." Becca sadar bahwa seorang gadis tidak dapat mengubah dunia, namun dia sadar seorang gadis dapat mengendong bayi tak beribu.

Selain itu, ada juga Emily, anak kami yang berumur 10 tahun. Dia jarang gembira mengenai apa pun. Dia dengan berani menyatakan, "Saya tidak butuh petunjuk, Ibu!" Emily, yang tenaga dan volume suaranya dapat menjalankan pesawat Boeing 747, akhirnya menemukan apa yang bisa dia lakukan di China: Allah membuatku spesial untuk melakukan apa yang hanya aku dapat perbuat. Emilylah yang tahu bahwa dia dapat mengajarkan bahasa Inggris dengan memeragakan "Head and Shoulders, Knees and Toes" dengan menarik. Emily juga yang memimpin anak-anak lain mendaki gunung. Emily juga mengundang beberapa anak gadis di jalanan untuk makan malam bersama kami. Dia mengenalkan kami dengan keluarga-keluarga mereka.

Emily selalu dinasihati untuk diam, tenang, dan pelan-pelan di rumah. Namun, dia sekarang belajar indahnya menyalurkan talenta dalam ladang pelayanan yang cocok bagi dia. Saat dia merenung ke mana pelayanan akan membawanya, Emily memandang China dan anak-anaknya sebagai bagian dari dirinya dalam segala tindakannya.

Saya tahu bahwa pikiran Beth yang beru berumur 6 tahun tidak tampak secara langsung dan konkret. Tapi, Beth menyadari satu hal dari pengumuman pesawat dalam tiga bahasa ini. Dia menyadari bahwa orang-orang ini berbeda. Mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda. mereka tampak berbeda. Cara menyetir mereka berbeda, sekolah mereka berbeda-beda dan mereka makan makanan yang berbeda. Kesimpulan keduanya adalah perbedaan dapat terjadi di mana-mana. Dia makan makanan yang berbeda. Dia menarik koper Pooh Bear-nya tanpa meminta bantuan. Dia tersenyum dan mengangkat bahu ketika kedua wanita asing membawanya ke toko mereka dan dia mulai menyisir dan merawat rambut coklatnya yang panjang. Dia tidak khawatir menjadi pusat perhatian di setiap kelas yang kami kunjungi. Dia pemalu dan diam, tetapi dia menarik anak-anak yang lebih diam ke dekatnya. Dia juga menjadi inspirasi ke tim kami. Mereka sering bercanda, "Kita tidak bisa mengeluhkan kalau keadaan memburuk, atau kita akan terlihat lebih lemah dari anak 6 tahun!" Tanpa dia sadari, sikapnya tentang "penyesuaian diri dan penghargaan," (yang berbeda dengan sikapnya di rumah), Beth mengajarkan kami semua bagaimana menjadi utusan: anak kecil.

Persiapan untuk Anak-anak

Di balik persiapan fisik, perbekalan, paspor, pakaian, dll., sebuah keluarga membutuhkan persiapan khusus sosial, emosional, dan rohani. Anak-anak biasanya perlu tahu apa yang akan mereka hadapi: tidak ada TV, Nitendo, atau kolam renang; mereka tidak bisa menelepon teman baik mereka untuk sekadar mengobrol. Kamar mandi (jika ada) akan "berbeda", begitu juga makanannya. Kami melihat anak kami dapat beradaptasi dengan cepat. Setelah menyatakan masalah yang pertama yaitu kamar mandi, anak-anak kami berkata, "Kami bisa menggunakannya, maka Ayah dan Ibu harus bisa memakainya juga."

Kami menyiapkan mereka sebaik mungkin, menghadapi penderitaan yang akan mereka lihat. Hati muda itu masih lembut, dan mereka tidak mengerti kerumitan yang terjadi dalam masyarakat di dunia. Cerita tentang anak-anak itu sebelum menjadi yatim piatu menyentuh hati mereka dengan kesadaran yang baik, tapi menyedihkan. Anak-anak yang melayani anak-anak lainnya memberi pengaruh besar kepada semua orang. Pemuda tergerak dengan rasa kasihan dan keputusasaan. Namun, anak-anak melayani dengan naluri mereka untuk melakukan sesuatu. Mereka menganggap anak-anak lain teman-teman baru, yang sama dengan mereka; memperlakukan mereka dengan hormat, minat, dan kasih sayang. Kami berulang kali menyaksikan kebenarannya: anak-anak dapat membukakan pintu yang tidak dapat dibukakan oleh orang dewasa.

Untuk alasan ini, banyak agen jangka pendek menyarankan keluarga dan anak-anak terlibat dalam misi. Keluarga Pendeta Spangler melakukan retreat keluarga di India. Keempat anaknya melayani anak-anak di India dengan cara yang tidak dapat dilakukan orangtuanya. 'Apa pun yang engkau perbuat," peringatan Adam Henry, "Jangan merencanakan perjalanan misi yang hanya melibatkan orang tua, kemudian, anak-anak menjadi penonton." Walaupun suami saya seorang dokter, kami tidak melaksanakan misi medis karena kami ingin berbagi tugas kepada semua orang dari yang berumur 6 sampai 40.

Pulang ke Rumah

Setelah 13 jam perjalanan pulang, kami yakin perjalanan kami telah berhasil, karena ketiga anak saya berkata, 'kapan kita akan melakukannya lagi?" Sekarang, setelah lewat beberapa bulan, kami mengenang momen-momen di China hidup dengan doa-doa, obrolan, e-mail, dan hadiah bagi yatim piatu.

Untuk Natal tahun ini, kami menghadiahi Becca sebuah kartu dari Samaritan's Purse yang berkata "Sebuah hadiah diberi untuk Becca karena dia telah mengasihi anak-anak yatim-piatu." Saya melihat matanya berbinar-binar. Saya tahu bahwa walaupun dia mencintai satu set "Rippin' Rocket Roller Coaster" yang sudah dia buka, dia mau menukarkannya dengan kartu itu. Anak yatim piatu itu bukanlah gambar dalam pamflet atau nama dari website. Bagi anak gadis kami, anak- anak di dunia bagian lain ini memunyai wajah dan nama yang dia kenang.

Saya ingin meyakinkan Anda bahwa kami bukanlah keluarga yang ideal. Kami mempunyai masalah, tantangan dan alasan nyata agar tidak jadi pergi ke negara asing selama dua minggu. Tetapi, percayalah, jika kami bisa, Anda pasti bisa! (t/uly)

Kategori Bahan PEPAK: Pengajaran - Doktrin

Sumber
Judul Artikel: 
A Real Trip
Situs: