Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar
Sebuah cerita Natal Pembacaan Kitab Matius 25:34-40.
Di suatu negeri yang jauh, ada seorang tukang sepatu bernama bapak Panov. Biasanya dia duduk seharian di kios tempat kerjanya dengan palu dan kulit binatang yang dipukul-pukul dengan palunya itu. Kemudian dia mengiris-iris lembaran kulit kering dengan sebilah pisau tajam. Tidak lama kemudian, dia menjahitnya dengan jarum tukang sepatu yang bengkok. Akhirnya, jadilah sebuah sepatu yang sangat bagus. Setelah itu, dia mulai dengan sepatu yang kedua. Dia mulai dengan memukul-mukul dan mengiris lembaran kulit kering dengan pisau yang tajam itu, dan dia mulai menjahit lagi, hasilnya sungguh memuaskan. Sepasang sepatu yang sangat bagus! Hatinya sangat gembira. Setiap orang senang mengunjungi kios tempat kerjanya itu. Hal ini terjadi pada masa silam, saat dia masih sangat muda.
Setelah dia menjadi tua, tidak ada orang yang mau datang ke kiosnya. Mereka mencari kios atau toko sepatu lain. Memang dia masih memiliki sepatu-sepatu yang bagus, tetapi tidak ada orang yang mau membelinya. Tukang sepatu tua ini sekarang hidup sendiri. Kadang-kadang ada satu-dua orang yang mengunjungi kiosnya, sehingga dia bisa mendapat uang untuk membeli kopi bubuk, sedikit sup, dan tepung roti, tidak lebih dari itu.
Si tukang sepatu tua ini memiliki satu buku tebal yang sudah hampir rusak, sebuah Alkitab yang sudah lama sekali. Pagi tadi, dia membaca Alkitab tersebut. Hampir hari Natal, dia membaca sebuah cerita Natal. Dia membaca juga tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Dia yang duduk di atas takhta itu bertanya kepada beberapa orang di situ, "Apa yang kamu lakukan pada waktu kamu masih hidup di dunia?" Satu per satu menjawab pertanyaan-Nya itu. Lalu Dia berkata: "Mari masuk, kamu yang berdiri di sana juga masuk, kamu, kamu, dan kamu masuk!" Karena kamu memberi aku makan pada waktu Aku lapar, kamu memberi Aku minum pada waktu Aku haus. Pada waktu telanjang, kamu memberi Aku pakaian!"
Tukang sepatu tua ini sama sekali tidak mengerti cerita ini. Dia berpikir-pikir tentang cerita itu. Kepalanya mulai terasa berat, seperti mau tidur. Pada saat dia meletakkan tangannya di atas meja sebagai tumpuan kepalanya, tiba-tiba terdengar suatu suara, "Jangan takut, inilah Aku, pada hari ini juga Aku akan mengunjungimu!"
Tukang sepatu ini terkejut bukan kepalang. Suara siapakah itu? Apakah itu suara Tuhan? Ah, tidak mungkin! Tuhan berada di surga. Tuhan tidak mungkin mau datang di rumahnya yang kecil dan sempit ini. Tapi bagaimana? Mungkin ini hanya mimpi saja. Walaupun demikian, dia tidak bisa melepaskan pikiran dari hal itu. Dia pasti menerima seorang Tamu Istimewa pada hari ini.
Hari masih pagi. Dia mulai memasak air panas untuk kopi dan membuat sedikit roti. Dia meletakkan juga sebuah panci air di atas tungku untuk sup. Dia memasukkan sedikit kentang dan daging ke dalam panci itu, kemudian diaduknya pelan-pelan. Akhirnya sup itu matang, enak sekali! Dia akan makan pada jam 12 tengah hari nanti. Sekarang belum jam dua belas!
Di luar terdengar suara lonceng gereja berdentangan. Dia melihat orang-orang pergi ke gereja. Dia tidak pergi ke gereja karena dia sudah tua dan tidak ada seorang pun yang menolongnya. Hawa di luar rumah sangat dingin karena memang begitulah dingin di negeri Rusia ini. Jadi, lebih baik dia tinggal di rumah saja! Dia bisa membaca Alkitab. Walaupun dia tidak bisa pergi ke pesta Natal di gereja, dia bisa membaca Alkitab dan berdoa sendiri. Lagipula dia berpikir bahwa pada hari ini dia akan menerima tamu di rumahnya, Tuhan mau datang ke rumahnya!
Pada saat itu, dia mendengar bunyi kericik di luar. Seorang penyapu jalan sedang sibuk menyingkirkan salju dari jalan supaya setiap orang bisa berlalu lalang dengan baik. Kadang-kadang salju jatuh sampai setinggi satu meter, sehingga tidak ada orang yang bisa melewati tempat itu. Belum lagi dahan yang berjatuhan di sana-sini yang lebih mempersulit perjalanan. Tukang sapu itu membersihkan jalan dengan susah payah karena suhu yang sangat dingin.
Pak Panov merasa iba, dia segera memanggil tukang sapu jalan itu untuk masuk ke rumahnya, untuk sejenak menghangatkan badan. Dia berkata, "Mari masuk, di sini sedikit hangat!"
"Oh, saya sangat senang bisa masuk untuk sekadar beristirahat, hawa di luar sangat dingin."
"Silakan duduk! Apakah bapak mau minum kopi?"
"Ya, terima kasih!"
"Saya punya beberapa ketul roti. Saya sedang menunggu tamu."
Lima belas menit kemudian tukang sapu jalan itu meminta diri. "Terima kasih banyak, saya sudah merasa hangat. Sekarang saya harus bekerja kembali." Pak Panov kembali duduk sendirian sambil menunggu Tuhan yang mau mengunjunginya. Hari sudah sedikit lebih siang, kira-kira jam sembilan, tetapi tamunya belum muncul juga.
Tidak jauh dari situ terletak kantor walikota. Bapak walikota sedang menerima tamu. Tamu bapak walikota ini datang dengan kereta yang ditarik dengan beberapa ekor kuda, ia seorang pegawai tinggi. Kusirnya duduk di luar kereta, di bagian depan kereta kuda itu. Sedangkan pegawai tinggi pemerintah itu duduk di dalam kereta dengan pakai bulu tebal yang indah. Orang itu datang mengucapkan "Selamat hari Natal" kepada bapak walikota. Ketika ia masuk ke dalam rumah bapak walikota, sang kusir tetap duduk kedinginan di atas kereta.
Pak Panov melihat ke arah kusir itu. Dia sangat takut jika si kusir itu mati kedinginan. Pak Panov segera berteriak memanggil kusir itu, "Eeeh, mari ke sini, tunggulah tuanmu itu di sini, di dalam rumahku. Tuanmu pasti akan tinggal sedikit lama dalam rumah bapak walikota. Jadi, sebaiknya kamu tunggu beliau di sini. Lagi pula beliau sedang makan enak di situ, sedangkan kamu tidak mendapat apa-apa." Alangkah senangnya hati kusir itu, dia segera turun dari kereta itu dan masuk ke dalam rumah Pak Panov.
"Terima kasih, di luar sangat dingin. Bolehkah saya duduk dekat tungku api itu?"
"Silakan. Apakah bapak mau minum kopi? Saya punya sedikit sup hangat, kalau bapak mau."
"Ya, terima kasih!"
Setelah makan sedikit sup dan minum secangkir kopi hangat, si kusir itu ingin meneruskan ceritanya, tetapi Pak Panov menyela "Hari ini saya mau menerima seorang Tamu Istimewa, Tuhan Yesus mau datang mengunjungi saya!"
"Tuhan Yesus mau mengunjungi bapak?" tanya orang itu keheranan. "Tidak mungkin, Dia sudah lama datang di Betlehem!"
"Ya, tapi ini benar, Tuhan sudah berjanji pada saya!"
Kusir ini menjadi bingung lalu segera minta permisi. Dia berpikir bahwa Pak Panov ini sudah tua, jadi kepalanya tidak begitu beres lagi. Dia duduk kembali di atas kereta sampai tuannya keluar dari rumah bapak walikota.
Hari sudah kira-kira jam sepuluh. Semua orang sudah masuk ke gereja. Tidak terdengar langkah kaki seorang pun di luar, keadaan sangat sunyi.
Bapak Panov berpikir: "Jam berapakah datangnya tamu saya ini? Mungkin malam hari!"
Satu hingga dua jam ia menunggu tamunya itu.
"Aduh, sudah hampir jam dua belas!"
Ketika dia melongokkan kepalanya, dia melihat seorang ibu sedang bersandar pada dinding rumahnya dengan kain selendang di badannya. Seorang ibu di luar? Sendirian? Dalam cuaca sedingin ini? Hal ini tidak baik!
Bapak Panov berkata, "Ibu, ibu, mari masuk ke sini! Jangan berdiri di luar!"
Ibu itu menjawab, "Saya tidak punya rumah, saya sudah diusir dari rumah saya, apa gunanya saya masuk ke rumah bapak! Bapak punya rumah, tetapi saya? Biarlah saya berdiri sejenak di sini saja!"
"Ayo, kemarilah! Apa yang ada dalam selendang ibu itu?"
"Ini anak saya, tetapi tidak mengapa, biarkanlah kami. Ini sudah menjadi nasib kami!"
"Aduh ibu, jangan begitu. Silakan masuk! Jangan malu! Saya seorang tua, jadi jangan takut!"
Bapak Panov membuka pintu dan mempersilakan ibu dan anaknya itu masuk
"Aduh saya hampir mati kedinginan. Oh, saya senang, hangat betul rumah bapak ini."
"Apakah ibu lapar?"
"Ya, saya belum makan sejak dari kemarin pagi."
"Dan bagaimana dengan anak ibu"
"Belum ada sesuatu pun yang dia makan sejak...." Ibu itu tidak bisa menghabiskan perkataannya.
"Ini ada sedikit sup dan roti. Ambillah piring ini dan makanlah!"
Ibu dan anaknya itu makan dengan lahap. Bapak Panov melihat cara mereka makan dengan mulut ternganga, seakan-akan mereka belum makan selama sebulan. Bapak Panov sangat senang akan hal itu. Di saat yang sama, bapak Panov melihat kaki anak kecil itu, hanya berkaos kaki sama sekali tidak bersepatu! Luar biasa untuk cuaca yang dingin pada musim salju ini. Kasihan! Hal ini sangat tidak lumrah. Pikiran Pak Panov berputar keliling. Tiba-tiba dia melihat ke arah dinding.
Pada dinding rumahnya itu tergantung sepasang sepatu anak-anak. Sepasang sepatu itu telah lama tergantung di situ, sudah 30 tahun. Sepatu itu dia buat sendiri untuk anaknya karena pada waktu dia menikah, dia berkata "Kalau saya dikaruniai seorang anak, maka anak saya itu harus memiliki sepasang sepatu yang terbagus!" Lalu dia membuat sepasang sepatu yang sangat bagus. Tetapi istrinya meninggal dunia tidak lama kemudian. Dia tidak memiliki keturunan. Bapak Panov ini berpikir, "Untuk apa saya menggantung sepatu ini di dinding selama tiga puluh tahun?" Dia menurunkan sepatu itu dari dinding dan berkata, "Ibu, saya ingin memberikan sepatu ini kepada anak ibu."
"Aduh Pak, saya tidak memiliki uang sepeser pun. Sepatu ini sangat bagus, sangat mahal tentunya. Harganya mungkin puluhan ribu. Oh, maaf Pak, saya tidak bisa membayarnya!"
"Ah tidak mengapa, harganya sekitar empat puluh ribu, tapi ibu tidak perlu membayarnya. Saya mau memberikan sepatu ini kepada anak ibu. Kalau tidak, kasihan, kakinya bisa sangat kedinginan. Mari coba saya pasangkan buat anak ibu! Aduh, cocok sekali dengan ukuran kaki anak ini, pakaikanlah kepadanya! Kalau ibu sudah merasa hangat, maaf ibu, saya sedang menunggu seorang tamu yang akan datang mengunjungi saya. Jadi.... "
"Oh tidak mengapa, saya minta permisi sekarang juga. Terima kasih banyak, Pak!"
"Baiklah ibu, barangkali ibu bisa kembali esok hari. Sekarang saya sedang menunggu tamu saya." Waktu berjalan dengan cepat. Jam satu, jam dua, bapak Panov menjadi tidak sabar lagi. Dia berkata, "Bagaimana ini, Tuhan?"
Ada beberapa orang lagi yang berjalan di luar, dia mengundang mereka masuk dan memberi mereka makan dan minum. Setelah lima belas menit, dia berkata kepada orang-orang itu, "Saya sedang menunggu tamu, Tuhan Yesus akan datang ke rumah saya ini!" Orang-orang itu berkata "Bapak Panov, apakah bapak sudah gila? Hal itu tidak mungkin!"
"Tapi, pagi tadi saya dengar suara-Nya. Ia berjanji untuk datang hari ini!"
Hari sudah mulai gelap, kira-kira jam enam. Masih tersisa sedikit kopi, dan beberapa kerat roti. Sup sudah habis dilahap beberapa orang. Bapak Panov berkata dalam hati, "Aduh bagaimana ini, kalau Tuhan Yesus datang nanti, saya tidak bisa memberikan apa pun kepada-Nya."
Lalu beliau mulai mengantuk dan jatuh tertidur di atas meja. Pada saat itu bapak Panov mendengar suara, "Bapak Panov, terima kasih, sebab engkau sudah memberi makan dan minum kepada-Ku. Terima kasih juga untuk sepasang sepatu yang indah itu!"
Bapak Panov terkejut dari tidurnya, lalu langsung berkata, "Siapakah itu?"
"Aku, Yesus, Aku sudah datang mengunjungimu!"
"Aduh Tuhan Yesus, saya sudah seharian menunggu Engkau, tapi tidak melihat Engkau!"
"Oh, kamu tidak melihat-Ku? Pada saat si tukang sapu jalan masuk dalam rumahmu, Aku juga masuk ke dalam rumahmu. Pada waktu kusir yang kedinginan itu kamu undang masuk ke rumahmu untuk duduk memanaskan diri dekat tungku apimu, Aku masuk juga bersamanya. Apalagi ketika ibu miskin dan anak yang kau beri sepatu itu, menurutmu siapa yang masuk ke rumahmu itu? Itulah Aku! Aku sudah mengunjungimu selama tiga, empat, lima, bahkan sepuluh kali pada hari ini!"
"Oh Tuhan bagaimana semua ini bisa terjadi?"
"Pagi tadi engkau sudah membaca Alkitabmu, lalu Aku yang membuat semuanya terjadi."
"Oh Tuhan, terima kasih banyak! Engkau mengunjungiku selama sepuluh kali. Saya senang sekali, saya puji Engkau!
"Kamu juga nantinya akan menjadi tamu-Ku di Surga! Sekarang sudah tersedia tempat bagimu di surga! Sebab engkau adalah anak yang baik" kata Tuhan Yesus.
Demikianlah anak-anak, cerita dari Rusia ini sudah berumur dua ratus tahun. Cerita ini diceritakan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka di hari Natal. Cerita ini juga cerita untukmu karena sering kali kita berkata, "Kita suka melihat Tuhan Yesus! Kalau Ia berada di dekat kita, tentunya Dia mau mengangkat segala susah kita!" Tetapi Tuhan Yesus itu ada. Ya, Ia sudah menjanjikan hal itu, dan kita bisa menolong-Nya juga. Jika ada seorang teman yang mengalami kesusahan dan kita menolongnya, maka sebenarnya kita sudah menolong Tuhan Yesus. Setiap kali jika kita memberikan persembahan di gereja, kita memberikannya untuk Tuhan Yesus supaya uang itu digunakan seperlunya. Kita bisa menolong Tuhan Yesus setiap hari.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul artikel | : | Pace Panov |
Judul buku | : | Cerita-Cerita Bahagia |
Penyusun | : | Lutze & Make van der Graaf |
Penerjemah | : | Ot Loupatty |
Penerbit | : | Foundation Child and World |
Halaman | : | 2 -- 9 |
Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen
- Login to post comments
- Printer-friendly version