Pasal X-Cara Berceritera


A. Bagaimana menyiapkan ceritera (Lihat pasal VIII)

Yang harus diperhatikan:

  1. Harus membaca Alkitab sampai jelas, sehingga mengtahui konteknya (hubungannya)
  2. Suatu peristiwa dalam Alkitab seringkali diceritakan beberapa kali. Dan oleh sebab itu harus menyelidiki dan memperbandingkannya sehingga bahan lebih jelas.
  3. Boleh memakai bagian lain dari Alkitab untuk menerangkan isi Alkitab.
  4. Isi cerita harus sesuai dengan daya penerimaan anak-anak.
  5. Harus banyak memakai daya imajinasi, supaya terhadap pelaku-pelaku cerita, kita dapat memberi tafsiran yang tepat.
  6. Baik kita mencari tempat yang sunyi untuk mempersiapkan ceritera.

B. Bagaimana berceritera

Bercerita adalah suatu seni, supaya anak-anak dapat menyadari kebenaran yang tidak terbatas dan dapat menyadarkan hati nuraninya. Kalau kita dapat berceritera dengan menarik, maka hal ini akan digemari anak-anak maupun orang dewasa dan tidak dibatasi oleh umur. Dan ini mempunyai daya tarik yang besar, sehingga ketika orang menerima pengajaran dari ceritera ini, maka secara otomatis dapat menceritakan kepada orang lain, bahkan turun temurun. Untuk dapat berhasil dalam berceritera haruslah kita perhatikan:
  1. Tempat berdiri harus ditempat yang tepat sehingga semua pendengar dapat melihat.
  2. Suara harus cukup besar (keras) dan jelas.
  3. Tangan tidak memegang apa-apa.
  4. Jangan memutus ceritera dengan teguran. Lebih baik memasukkan teguran itu dalam ceritera yang penting jangan terputus dan juga tidak memutus jalan pikiran anak yang sedang asyik mendengarkannya.
  5. Jangan tergesa-gesa.
  6. Harus memakai kata-kata yang langsung.

C. Cara Menarik Perhatian Anak :

Pengajar harus penuh semangat, harus dapat menarik perhatian anak-anak. Yang penting dalam hal ini ialah menarik perhatian dan mendapatkan hati mereka. Pengajar harus dapat menguasai kegemaran mereka dan mengontrol perkataan dan sikap anak-anak. Pengajar harus dapat membawa mereka memasuki ceritera. Dalam meyampaikan ceritera, pendahuluan harus singkat, isinya harus lebih banyak dan jelas. Pengajar sekali-sekali tidak boleh memajukan kemuka lagi bagian-bagian yang tadi lupa diceritakan. Kata-kata harus lancar, mudah dimengerti dan setindak demi setindak menurut peristiwa, sehingga pendengar makin lama makin menikmati dan lupa akan dirinya yang sedang mendengarkan ceritera. Suara harus jelas, keras lembut, cepat, perlahan, gerak dan mimik harus dinyatakan dengan jelas.

D. Cara Menimbulkan Perasaan :

Ada tidaknya daya tarik dari suatu ceritera dapat diketahui dari dapat tidaknya membangkitakan perasaan dari pendengar. Berceritera yang berhasil, yaitu bila dapat membawa pendengarnya untuk melihat, mendengarkan dan merasakan apa yang diceritakan. Misalnya: waktu senang juga merasakan senang, demikian juga keadaan susah; marah dan lain-lain lagi harus dapat dirasakan pula oleh pendengarnya. Untuk itu maka pengajar harus menghayati dirinya dalam ceritera itu dan menguasai suasana itu. Juga harus banyak memikirkan apa yang mungkin terjadi dalam ceritera tersebut. Misalnya: isi hati, perasaan, perkataan, keadaan suasana dalam ceritera tersebut. Juga dapat dipakai kata-kata yang diulang dengan keadaan-keadaan yang berbeda dan diterapkan sedemikian rupa sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pendengar.

E. Bagaimana Cara Melukiskan Pelaku

Harus banyak memikirkan dan mengetahui sifat dan perasaan si pelaku. Misalnya dua sahabat karib yang hidup dalam satu masa. Mengenal sikap pelaku waktu berbicara dan kemungkinan-kemungkinan, gerak-geriknya, mimiknya, pakaiannya, umurnya, besar-kecil badannya, dan sebagainya. Ini semua berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipercaya. Untuk menerangkan perbuatan, sifat pelaku waktu berbicara, tidak dapat kita menerangkan dengan banyak perkataan, sebab itu harus memakai banyak gerak yang dapat dinyatakan atau soal-soal yang umum dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata pelaku yang diucapkan yang terdapat dalam ceritera yaitu keras, lembut ... wibawanya, dsb. harus dinyatakan dengan suara yang berbeda-beda.

F. Cara memperpanjang ceritera :

Adakalanya ayat Alkitab yang akan diceritakan singkat dan pendek, tetapi mempunyai pengajaran yang penting. Ceritera itu apabila disampaikan hanya menurut ayat tersebut terlalu pendek, dan mungkin kurang menarik perhatian anak-anak. Hal ini sayang sekali. Pengajar haruslah dapat mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang tersembunyi.

Caranya:

  1. Memikirkan dari tiap aspek dan menyadari perkembangan ceritera tersebut dan pengaruh yang menyebabkan akibat-akibat tertentu.
  2. Disesuaikan dengan bagian-bagian yang lain dari Alkitab.
  3. Dapat digabungkan dengan kejadian-kejadian serupa yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Menjelaskan Ilmu bumi, latar belakang dan adat istiadat dari bangsa pada waktu itu.

G. Cara untuk Memperpendek ceritera :

Adakalanya ayat Alkitab yang akan diceritakan sangat lengkap, tetapi waktu dan penerimaan murid tidak mencukupi, maka harus diperpendek.

Caranya :

  1. Pentingkan bagian yang besar dan buanglah yang tidak perlu.
  2. Tiap bagian jangan diceritakan semua.
  3. Buang pelaku dan latar belakang yang tidak penting, tetapi jangan sampai mempengaruhi tujuan dan pengajaran yang penting.

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar