Pendeta yang Mengajar Sekolah Minggu


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Beberapa tahun yang lalu, kami mencari dua orang guru sekolah minggu kelas anak-anak di First United Methodist Church of Hooks, Texas (Gereja Metodis Pertama di Hooks, Texas), di mana sayalah yang menjadi pendetanya. Saya bertanya kepada diri saya sendiri mengapa saya tidak pernah mengajar kelas anak-anak. Saya merasa bahwa saya perlu melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan itu.

Saya memutuskan untuk mengajar setiap kelas di divisi anak-anak selama satu catur wulan (empat bulan).

Ada banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kependetaan saya, saya benar-benar mengenal anak-anak di gereja saya -- tidak hanya nama mereka saja. Anak-anak juga menjadi mengenal pendeta mereka sebagai seseorang yang tidak hanya menjadi pemegang kekuasaan. Berulang kali para orang tua mengatakan kepada saya bahwa anak-anak mereka sangat senang memunyai pendeta yang menjadi guru mereka. Saya tahu ini bukanlah karena saya adalah seorang guru yang berbakat; ini karena mereka melihat saya memberikan perhatian yang tulus kepada mereka.

Satu setengah tahun membantu, saya membangun suatu pengertian baru terhadap pelayanan guru sekolah minggu. Saya melihat langsung betapa beratnya persiapan yang diperlukan untuk kelas-kelas sekolah minggu ini. Seperti kebanyakan orang, saya menganggap bahwa mengajar sekolah minggu itu mudah. Membaca cerita, memotong gambar, melakukan keterampilan menempel, berdoa, dan selesai. Benarkah demikian? Saya mencoba menerapkan sistem itu. Tapi gagal!

Saya mendapati bahwa anak-anak sangat ingin mengenal gereja dan tahu lebih dalam mengenai iman. Saya mulai menyiapkan kelas-kelas itu pada hari Senin dan memelajari pelajarannya sedikit demi sedikit setiap hari. Saya mengerjakan keterampilannya di sore hari dan di waktu "luang" saya, saya berharap bisa benar-benar merasakan perjuangan para guru yang tidak dapat menyiapkan pelajaran mereka karena hari-hari mereka yang sangat sibuk. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Saya juga menjadi tahu apa yang sering dihadapi guru saat mengajar anak-anak.

Ada anak-anak yang benar-benar tidak mau "berkumpul" di sekolah. Saya mencoba memikirkan cara-cara untuk membawa mereka masuk ke dalam persekutuan di kelas itu.

Ada anak-anak yang tidak bisa duduk dengan tenang lebih dari satu menit. Saya harus bersabar terhadap gangguan yang mereka timbulkan, tetapi saya tahu betapa seringnya mereka dikritik dan dihukum, jadi saya mencoba untuk membentuk kelas itu sehingga mereka bisa merasa dikasihi dan diterima.

Ternyata menjadi guru sekolah minggu membutuhkan keterampilan menjadi guru, pekerja sosial, orang tua, kakek-nenek, pendeta, dan -- yang terpenting -- teman.

Tidak diragukan lagi bahwa mengajar anak-anak merupakan pekerjaan yang penting selain berkhotbah, selama saya menjadi seorang pendeta. Menjadi guru sekolah minggu tidak dapat diragukan lagi juga merupakan tugas yang paling mulia dan saya rasa adalah tugas yang paling bermanfaat.

Pengalaman saya bersama anak-anak membantu saya memahami alasan pribadi Yesus saat mengatakan, "Biarkanlah anak-anak itu, jangan menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku ...." (Matius 19:14)

Saya merasa Dia tahu betapa pentingnya hubungan itu, baik bagi anak-anak maupun Diri-Nya sendiri. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Kesaksian Guru

Comments

Salut

Salut deh kalo ada pendeta ato gembala gereja yang masih mau turun tangan untuk ngajar anak SM. Jarang banget tuh kejadian pak pendeta di gereja dikasih jadwal ngajar SM. Mungkin karna dah jadi urusannya komisi SM/anak kali ya..

Jadwal Mengajar untuk Para Pendeta

Wah, kayaknya emang harus buat program khusus nihhh ....
Pak Pendetanya harus dikasih jadwal ngajar dehhh :)

Jangan Menjadi Orang yang Menghalangi Anak-Anak Datang kepada Yesus

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar